TAHUN AYIN ALEPH (1)

Bulan September adalah bulan yang istimewa karena :

1. Pada tanggal 4 September Gereja kita berulang tahun yang ke-22, artinya selama 22 tahun Tuhan telah memelihara Gereja ini. Dari hanya 1 tempat yang kini menjadi Jemaat Induk, kemudian kita menyebar kemana-mana, baik di Indonesia maupun luar negeri dan Tuhan memelihara secara luar biasa.

22 tahun yang lalu tanggal 4 September merupakan Hari Minggu. Tahun ini tanggal 4 September jatuh pada hari Sabtu, tetapi tahun depan, pada usia yang ke 23, tanggal 4 September akan kembali jatuh pada Hari Minggu kembali. Dan luar biasa Tuhan memberikan ayat dari Yesaya 22:22, ”Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.”

Tuhan memberikan pesan ini kepada Gereja-Nya, yaitu Saudara dan saya. Dan saya tahu bahwa kuasa yang Tuhan berikan itu akan lebih nyata dan lebih luar biasa yang mana semuanya adalah untuk lebih menyatakan kemuliaan Tuhan di Indonesia dan di bangsa-bangsa; melalui kita semua. Haleluya!

Dari ayat yang kita baca tadi, saya ingat salah satu yang telah terjadi adalah tentang KKR ‘Healing’ di mana banyak dari tempat-tempat berlangsungnya KKR tersebut; sebelumnya tidak memperbolehkan KKR di lapangan-lapangan terbuka, tetapi kepada kita diberikan oleh Tuhan untuk bisa melakukan hal ini. Hari-hari ini Tuhan sedang membukakan sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin bisa terjadi, tetapi hari-hari ini terjadi, karena perkenanan Tuhan sedang turun atas Indonesia.

2. Pada tanggal 8 September setelah jam 6 sore kalender orang Yahudi akan beralih dari tahun 5770 yang disebut dengan Tahun Ayin ke tahun 5771 yang disebut dengan Tahun Ayin Aleph. Ayin berarti 70 sedangkan Aleph berarti 1.

Tuhan selalu berbicara kepada kita melalui tahun-tahun orang Yahudi yang secara luar biasa mengandung tuntunanNya kepada kita.

Saya pernah mendengar ada seseorang yang berkata: “Pak Niko itu mengapa ya? Dari angka-angka diterjemahkan profetik-profetik ... koq ini seperti mistik?” Saya hanya tersenyum bila mendengar yang seperti itu dan berpikir bahwa hal ini karena kurangnya pengertian akan isi Alkitab. Sebab kalau kita pelajari, sebenarnya Alkitab terdiri atas 3 bagian, yaitu :

a. 50% tentang sejarah umat manusia

b. 22% tentang petunjuk bagaimana kita harus hidup di masa kini dan bagaimana cara kita memperlakukan orang lain, dan

c. 28% tentang nubuatan-nubuatan

Jadi kalau ada orang yang tidak terlalu mengerti atau tidak terlalu suka kepada hal-hal yang profetik/ nubuatan, itu berarti dia tidak percaya kepada 28% dari isi Alkitab. Tetapi saya percaya kita semua di sini mau menerima 100% isi dari Alkitab. Amin!

TAHUN AYIN - 5770

Beberapa waktu yang lalu kita sudah berbicara tentang Tahun Ayin (70) di mana huruf Ibrani Ayin itu bentuknya seperti sebuah mata: dan itu berbicara tentang mata Tuhan dan mata kita. Pada waktu itu Tuhan berbicara melalui Mazmur 32:8, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.”

Mata Tuhan tertuju kepada kita. Dia mau mengajar dan menuntun kita serta mau memberi nasihat kepada kita, tetapi untuk itu ada syaratnya. Dan syaratnya adalah: Asalkan mata kita selalu tertuju kepada Dia.

Mazmur 123:2, “Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.”

Pada waktu itu, seorang hamba tidak boleh bertatapan langsung dengan wajah tuan atau nyonya-nya. Yang harus mereka lihat adalah tangannya. Jadi setiap gerakan tangan tuan atau nyonya-nya itu diikuti dan para hamba itu mengerti bahasa tangan dari tuan atau nyonya-nya tersebut.

Demikian juga kita diminta oleh Tuhan untuk terus melihat kepada-Nya, untuk memiliki kepekaan ketika Dia berbicara untuk memberikan petunjuk kepada kita.

Saya ingat ketika Tuhan Yesus mengunjungi dua orang bersaudara, yaitu Marta dan Maria. Mari kita lihat bagaimana cara kedua orang ini menyambut Tuhan Yesus.

Cara penyambutan Marta berbeda dengan Maria, di mana Marta sibuk sekali memasak, mungkin juga sibuk menyiapkan tempat tidur untuk Tuhan Yesus serta membersihkan rumahnya. Tetapi cara Maria menyambut Tuhan Yesus tidak demikian, ia duduk dekat kaki Tuhan Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya.

Saya percaya pada waktu mendengarkan perkataan Tuhan Yesus, dia tidak menundukkan kepalanya serta hanya melihat kaki Tuhan Yesus, tetapi yang dilihatnya adalah wajah Tuhan Yesus sambil terus mencerna apa yang Tuhan Yesus katakan dan dia masukkan perkataan-Nya itu ke dalam pikiran dan hatinya untuk dilakukan.

Lama-kelamaan Marta tidak tahan melihat hal ini dan akhirnya ‘complain’ kepada Tuhan Yesus, Tetapi apa jawab Tuhan Yesus? “Marta ... Marta ... engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal, tetapi Maria, dia telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil daripadanya.”

Saudara, di mata Tuhan duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya itu adalah yang terbaik!

Saya percaya bahwa kita semua cinta kepada Tuhan Yesus tetapi saya tidak tahu bagaimana cara Saudara menyambut Tuhan Yesus. Apakah ada yang seperti Marta yang sibuk dan kuatir serta menyusahkan diri dengan banyak perkara? Tuhan juga pernah bertanya, “Apakah dengan segala kekuatiran-mu itu semuanya bisa berubah?” Tentu tidak!

Yang Tuhan mau adalah setiap kita menyambut Tuhan Yesus seperti Maria. Kalau kita membutuhkan pertolongan nasihat dan tuntunan Tuhan, lakukanlah hal ini, yaitu duduk dekat kaki Tuhan Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Kalau kita lakukan hal ini, kita akan menerima nasihat dan tuntunan Tuhan serta ajaran dari Tuhan Yesus. Amin!!!

TAHUN AYIN ALEPH – 5771

Selama 11 tahun terakhir ini, setiap pergantian tahun kalender Yahudi biasanya saya berada di Yerusalem, dan menjadi pembicara pada Prayer Convocation; di mana 150–200 bangsa-bangsa berkumpul di sana dan bagian saya biasanya adalah mengimpartasikan pengurapan kepada bangsa-bangsa dan bangsa-bangsa itu akan kembali ke negara mereka masing-masing dengan membawa api pengurapan yang Tuhan berikan.

Pada tanggal 8 September setelah jam 6 sore kalender orang Yahudi akan beralih ke tahun Ayin Aleph. Aleph itu berarti 1 (satu) dan ini berbicara tentang :

1. Yang pertama.

2. Yang utama.

3. Yang Prioritas

1. ALEPH – Yang Berbicara Tentang: YANG PERTAMA

Saudara, kalau kita berbicara tentang yang pertama, maka itu artinya Tuhan Yesus. Mari kita perhatikan baik-baik, sebab ini adalah tuntunan Tuhan untuk ke depannya. Nomor satu adalah Tuhan Yesus! Saudara mengandalkan hanya kepada Tuhan Yesus! Saudara berharap hanya kepada Tuhan Yesus dan jangan kepada yang lain-lain!

Kalau kita amati, yang sedang ramai dibicarakan di dunia adalah tentang: Nomor satu adalah kekuatan diri sendiri! Percaya diri! Sepertinya hal ini Alkitabiah, padahal sesungguhnya tidak! Mereka berkata, “Aku bisa! ... Saya bisa! ...”, dan sepertinya itu benar, tetapi sesungguhnya tidak benar! Karena yang benar seharusnya: “Bersama Tuhan Yesus, saya bisa!”

Sekarang sedang banyak diperkatakan bahwa, “Bersama kita bisa! ... bersama kita bisa! ...”, itu sepertinya bagus, tetapi jangan lupa bahwa sebenarnya itu adalah unity model Babel! Karena di Babel semuanya adalah satu logat dan satu bahasa dan untuk ini Tuhan berkata, “Apa pun yang mereka kerjakan itu pasti bisa, karena satu bahasa dan satu logatnya!”, tetapi Tuhan tidak mau karena unity dalam Tuhan Yesus tidak seperti itu. Unity dalam Tuhan Yesus adalah: Bersama Tuhan Yesus, kita bisa!

Karena itu kalau Saudara melihat pengajaran dan demonstrasi yang bermacam-macam di luar sana, misalnya bagaimana caranya supaya kita sukses atau menjadi pandai, pokoknya kalau di luar yang tadi, artinya bersama tanpa Tuhan Yesus, maka itu bukan dari Dia! Sebab sekarang di era spiritualitas ini, banyak sekali penawaran yang macam-macam. Untuk itu Saudara harus berhati-hati agar tidak terkecoh. Hari ini Tuhan berkata bahwa yang menjadi nomor satu adalah: Tuhan Yesus!

Jangan mengandalkan manusia! Dan jangan mengandalkan kekuatannya sendiri! Sebab seperti tertulis dalam Yeremia 17:5 & 7, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, .. tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN ...!” Yang harus menjadi nomor satu adalah TUHAN YESUS!!! Haleluya!

2. ALEPH – Yang Berbicara Tentang: YANG TERUTAMA

Aleph selain berarti yang pertama, ini juga berbicara tentang yang terutama. Dan seperti lagu yang berkata bahwa :

Yang terutama di dalam hidup ini,

meninggikan Nama Yesus

Yang terutama di dalam hidup ini,

memuliakan Nama-Nya

Roma 11:36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”

Saudara, tujuan kita yang terutama dalam hidup ini adalah untuk memuliakan Tuhan. Saya akan mengulangi apa yang pernah saya katakan di sini tentang Yabes. Memang arti nama Yabes itu tidak enak; karena berbicara tentang penderitaan, tekanan dan sebagainya. Mungkin ketika Yabes dilahirkan keadaan keluarganya memang seperti itu, dan mungkin keadaan Yabes ketika menginjak dewasa juga seperti itu. Tetapi puji Tuhan karena Yabes tidak mau tinggal dalam keadaan yang seperti itu. Apa yang dilakukannya? Yabes berdoa kepada Tuhan dan ada 3 pokok doa yang dinaikkannya kepada Tuhan seperti tertulis dalam 1 Taw 4:10 adalah sbb:

a. “Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah ...” Apakah kira-kira Saudara juga berdoa seperti ini? Kalau ya, berarti Saudara dan saya sama. Sebab sayapun berdoa demikian, “Tuhan, kiranya Engkau memberkatiku berlimpah-limpah ..!”

b. “Tuhan, kiranya Engkau memperluas daerahku ...” Apakah Saudara juga pernah berdoa seperti ini, “Tuhan, perluas daerah saya, ... perluas toko saya ... perluas pekerjaan saya ... perluas pelayanan saya ... perluas kekuasaan yang Kauberikan kepada saya ....” Apakah boleh berdoa seperti itu? Tentu saja boleh.

c. “Tuhan, kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!” Apakah Saudara juga berdoa seperti itu? Sayapun berdoa seperti itu.

Ketiga pokok doa ini sudah mencakup semua yang kita butuhkan pada masa ini; dan ada kabar gembiranya, yaitu ketiga pokok doa yang dinaikkan Yabes tersebut dikabulkan Tuhan! Mungkin hari-hari ini ada di antara Saudara yang berkata, “Tuhan, doa Saya yang itu belum dikabulkan, padahal saya sudah mendoakannya selama 2 tahun ...”, Tetapi kalau doa Yabes dikabulkan Tuhan, maka doa kita pun bisa dikabulkan Tuhan!

Apa rahasianya sehingga doa Yabes dikabulkan?

1 Taw 4:9, “Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya ...” Mengapa Yabes lebih dimuliakan? Jawabannya hanya satu, yaitu sebab Yabes memuliakan Tuhan!

1 Sam 2:30b, “Kalau kamu menghormati Aku, maka kamu pun akan dihormati, tetapi kalau kamu menghina Aku, maka kamu pun akan direndahkan ...” Dan kalau kita memuliakan Tuhan, maka kita pun pasti dimuliakan. Amin! Kalau tujuan terutama dalam hidup kita ini adalah untuk memuliakan Tuhan, maka ketika kita berdoa, Tuhan akan mendengarkan dan mengabulkannya!

Bagaimana caranya supaya bisa memuliakan Tuhan?

Tuhan Yesus berkata dalam Yoh 15:8, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak ...” Tetapi bagaimana caranya supaya kita bisa berbuah banyak?

Yoh 15:7 menjelaskan hal itu, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, ...” Artinya, kita percaya kepada Tuhan Yesus, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita serta hidup intim dengan-Nya. Dan biarlah firman-Nya ada di dalam kita, yang artinya apa yang Dia katakan kepada kita, itulah yang kita lakukan. Mungkin entah mengerti atau tidak mengerti, mungkin sepertinya kita mengalami “kerugian” dalam melakukan perintah-Nya, tetapi tetap lakukan saja! Karena saya percaya kita akan berbuah banyak. Amin!

Saudara, akhir-akhir ini Tuhan berbicara tentang buah, yaitu tentang karakter atau buah roh. Dan hari-hari ini Tuhan terus berbicara tentang karakter sebab di hadapan Tuhan; yang nomor satu adalah tentang karakter.

(BERSAMBUNG…)

HIDUP MENGHASILKAN BUAH

Banyak orang berpendapat hidup itu seperti roda; kadang naik dan kadang turun, selalu berubah-ubah. Alkitab menjelaskan bahwa hidup manusia adalah sebuah perjalanan. Perjalanan ini telah dirancang oleh TUHAN jauh sebelum dunia diciptakanNya. Tuhan pencipta dan sumber kehidupan ini mengharapkan untuk bertemu kembali dengan kita di ujung perjalanan kita untuk melihat apakah kita telah berjalan mengikuti jalur yang telah ditentukanNya. Allah memberikan wewenang bagi setiap orang untuk menjalani hidupnya dengan sebuah pilihan, dan pada akhirnya setiap orang harus memberikan pertanggungjawaban kepada Tuhan sumber kehidupan itu.

Itulah sebabnya setiap orang diperintahkan Tuhan agar dalam kehidupannya di bumi ini hidup menghasilkan buah-buah:

1. Buah Pekerjaan Baik

Kol 1:10, “sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah,”


2. Buah Kehidupan Kekal

Yoh 4:36, “Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.”

3. Buah Kebenaran

2 Kor 9:10, “Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;”

4. Buah Pertobatan

Mat 3:8, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”

5. Buah Roh Kudus

Gal 5:22–23 ”Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”

Menghasilkan buah adalah perintah Tuhan, dan dalam hal ini Allah menghendaki kita berhasil. Tuhan bukan saja menanamkan motivasi di dalam keberhasilan itu, tetapi Allah juga berperan aktif memberikan hasrat untuk memberikan nilai dalam mencapai rencana dalam tujuan Allah, sehingga tujuan itu akan mempengaruhi: apa yang kita lakukan, bagaimana cara melakukannya, dan untuk siapa kita melakukan pencapaian tujuan itu.

Tujuan itu akan memberikan alasan bagi kita melakukannya dengan semangat setiap hatinya agar menghasilkan buah. Jadi bagaimana kita dapat menghasilkan buah?

1. FOCUS

”Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam, Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. (Mazmur 1:1-3).

FOCUS berarti melupakan apa yang dibelakang. Mengarahkan diri pada apa yang didepan; Berlari-lari kepada Tujuan Allah. (Filipi 3:13-14)

Adalah pilihan atau keputusan kita untuk mau hidup berfokus kepada Tuhan atau berfokus kepada diri sendiri (atau masalah). Kesulitan tidak akan membuat orang yang berfokus pada Tuhan menjadi lemah dan hancur, justru memicu dan memperkuat pengharapan kepada Tuhan, sehingga kesulitan menjadi salah satu faktor dari pertumbuhan kerohanian.

Yosua memberikan suatu pernyataan terhadap umat pilihan Allah agar menentukan pilihannya: “pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah (Fokus) ... tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah (Fokus) kepada TUHAN.” (Yosua 24:14-15)

Kita perlu meluangkan waktu sejenak untuk berdoa memohon bimbingan Tuhan untuk hidup kita hari demi hari sehingga kita sejalan dengan rencanaNya.

2. FIXED

“Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, ...” (Yohanes 15:5)

Setiap orang yang mau Fokus kepada Tuhan pasti akan selalu menyelaraskan diri dengan janji Tuhan. Yosua 14:9: ”Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati (selaras dengan Tuhan).”

Oleh sebab itu, pada waktu Kaleb punya kesempatan untuk minta pembagian; ia tetap menyelaras dengan janji yang telah diterimanya, tidak mau diubahkan.

“Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN.”(Yosua 14:12)

Iblis selalu berusaha menyelewengkan Firman Tuhan sebagaimana strateginya ketika menipu manusia pertama di taman Eden; yaitu mengacaukan informasi yang tepat menjadi samar-samar. Panca Indra yang pertama jatuh kedalam dosa adalah telinga: ”Ular itu berkata kepada perempuan itu: ”Tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”

Itulah sebabnya kalau komunikasi kita dengan Tuhan tidak lagi selaras, akan sangat mudah bagi musuh untuk menyelewengkan kebenaran Firman. Itulah sebabnya ketujuh jemaat di dalam kitab Wahyu diperingatkan untuk memiliki telinga yang sensitif akan suara Roh Kudus.

• Jemaat Efesus

Wahyu 2:7 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

• Jemaat Smirna

Wahyu 2:11 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

• Jemaat Pergamus

Wahyu 2:17 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

• Jemaat Tiatira

Wahyu 2:29 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

• Jemaat Sardis

Wahyu 3:6 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

• Jemaat Filadelfia

Wahyu 3:13 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

• Jemaat Laodekia

Wahyu 3:22 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

Kita tidak dapat menghambat atau menghindari beredarnya informasi kemana-mana. Kita hanya dapat menjaga agar kita tidak terkontaminasi, seperti ungkapan bapak Reformasi Martin Luther:

“Kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala kita, yang bisa kita lakukan adalah tidak membiarkannya membuat sarang di kepala kita.”

3. FAITHFUL

“Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” (Matius 24:46)

Sekarang ini adalah saatnya di mana gereja bergerak, bukan lagi waktunya untuk merasa nyaman dan tidur secara rohani, jangan menjadi anak Tuhan yang suam-suam. Ketahuilah bahwa Tuhan Yesus datang hanya untuk umatNya yang sibuk dan setia mengerjakan kehendakNya. Umat yang setialah yang menjadi pusat perhatian Tuhan. Hamba yang setia adalah orang yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya ketika tuannya datang. Jadi Tuhan datang bukan untuk orang yang malas, karena orang yang malas tidak akan menghasilkan buah. Orang yang benar itu terus produktif dalam Tuhan, pada masa tuapun mereka masih berbuah, menjadi gemuk (subur) dan segar untuk memberitakan, bahwa Tuhan itu benar. (Mazmur 92:14-16)

Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini kita akan menghasilkan buah, bertumbuh menjadi kuat, dan berhasil dalam segala hal yang kita kerjakan. Akhirnya, marilah kita memandang kepada Tuhan dalam segala hal; menyelaraskan diri dengan rencanaNya dalam semua perencanaan kita dengan setia melakukan kehendakNya sesuai panggilan Allah dalam kehidupan kita masing-masing.

TUNTUNAN ROH KUDUS

Betapa pentingnya peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Dengan berbagai cara Tuhan ingin menyelamatkan manusia; yang dari sejak zaman Adam telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (1Timotius 2:4, 2Titus 1:2, 2Petrus 3:9).

Adam dan Hawa sebelum memetik dan memakan ‘buah pengetahuan’; hanya mengetahui hal-hal yang baik saja (Kejadian 3:22), tetapi setelah itu mereka mengenal yang baik maupun yang jahat. Dan sejak itu pula manusia jatuh dalam dosa, karena telah mengenal yang baik maupun yang jahat. Sebenarnya bersamaan dengan itu juga manusia sudah mengenal hukum yaitu hukum hati nurani (Roma 2:14-15).

Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk menentukan jalan kehidupannya, karena hati nurani manusia mampu menentukan hidupnya untuk berbuat baik atau jahat. Sebenarnya harapan Allah bagi manusia adalah agar manusia melakukan hal yang baik saja, tetapi yang terjadi; manusia selalu menganggap dirinya benar, dan Tuhan menguji hati manusia (Amsal 16:2 “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati”).

Dalam lingkup hukum hati nurani, di mana setiap manusia hanya menganggap dirinya benar menurut pikirannya; apapun perbuatannya tidak ada yang salah sehingga perbuatan salahpun dibenarkan oleh diri sendiri; padahal Tuhan yang menentukan baik maupun jahat suatu perbuatan, maka tidak mungkin manusia dapat diselamatkan karena melakukan hukum hati nurani.

Bagaimanapun, Tuhan ingin menyelamatkan manusia. Karena hukum hati nurani sifatnya tidak tertulis dan berdasarkan pikiran, maka Tuhan melalui Musa memberikan hukum yang tertulis yaitu hukum Taurat. Pada kenyataannya manusiapun tidak sanggup melakukan Hukum Taurat, karena justru dengan adanya Hukum Taurat orang mengenal dosa, sehingga tidak seorangpun dapat dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat (Roma 3:20).

Kecenderungan untuk hidup dalam kedagingan membuat manusia tidak mampu melakukan Hukum Taurat; seperti apa yang dikatakan Paulus: “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, …” (Roma 7:15).

Manusia yang terdiri dari roh, jiwa (pikiran, kehendak) dan tubuh (keinginan daging) mengalami konflik didalam dirinya yang kadang kita sadari maupun tidak kita sadari; dan mengakibatkan manusia tidak luput dari kesalahan.
Bagaimana manusia mampu menentukan cara hidup benar sesuai yang dikehendaki Allah? Apakah Allah gagal?
Sama sekali tidak, karena kelemahannya, manusia secara pikiran (hukum hati nurani) maupun secara tertulis (Hukum Taurat) tidak dapat dibenarkan; maka jalan keselamatan hanya ada satu yaitu melalui anakNYA yaitu Yesus.
(Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”).

Keselamatan yang kita terima dari YESUS adalah keselamatan kekal, tetapi sebagai manusia yang masih hidup dalam daging; kita tidak luput dari kesalahan dan dosa inilah kelemahan utama manusia (1Yohanes 5:11-12).

Sebelum Yesus naik ke sorga, Dia berkata: “… DAN AJARLAH MEREKA MELAKUKAN SEGALA SESUATU YANG TELAH KU-PERINTAHKAN KEPADAMU. DAN KETAHUILAH, AKU MENYERTAI KAMU SENANTIASA SAMPAI KEPADA AKHIR ZAMAN” (Matius 28:20).

Dengan apa Tuhan Yesus menyertai kita sampai akhir zaman? Dia mengirimkan Penolong untuk menyertai kita yaitu Roh Kudus, karena manusia masih hidup dalam daging, tidak terlepas dari perbuatan dosa.
(Yohanes 14:16 “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”).
Contoh:
Mungkinkah kita tidak melakukan dosa dalam sehari (24 jam) bahkan kurang dari sehari saja kita tidak sanggup. Mungkin hari itu baik tetapi besoknya apakah tidak melakukan dosa, pasti berdosa lagi.

Jadi seharusnya bagaimana? Tidak ada jalan lain untuk mencari garis finish; yaitu Kedatangan Yesus dalam keadaan yang siap dan sempurna; baik roh, jiwa dan tubuh tidak bercacat, manusia membutuhkan Roh Kudus. Karena hanya Roh Kudus yang mampu memperingatkan jiwa (pikiran, kehendak) dan tubuh (perbuatan manusia) dari ketidakmampuan untuk melakukan kebenaran. Karena itu orang yang telah dibaptis Roh Kudus; selain mengalami tanda berbahasa Roh, juga harus memiliki buah Roh, yaitu: Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan dan Penguasaan Diri (Galatia 5:22-23).

Itulah sebabnya Gembala Sidang kita selalu - bahkan berulangkali menyarankan agar kita hidup dalam Roh. Inilah bentuk kasih Gembala kepada jemaatnya yang peka pada keadaan zaman, agar jemaat selalu siap kapanpun Yesus datang.

MENGAPA KARAKTER YANG AMAT MENENTUKAN

Dunia modern baru saja mengalami kebenaran dari apa yang selalu dipercayai oleh orang-orang Yahudi dan Kristen sejak jaman dahulu ... yaitu kepribadian manusia tidak dapat dipisah-pisahkan / dikompartementalisasi seperti layaknya lemari atau file kabinet. Terlalu sering dunia sekuler mengajarkan bahwa bagaimana kinerja seseorang di dalam kehidupan publiknya tidak memiliki korelasi langsung dengan kehidupan pribadinya. Bahwa seseorang dapat saja menjadi berhasil dalam kehidupan publik, tetapi gagal total di dalam kehidupan pribadinya ... yang dimaksud di sini adalah kehidupan keluarga dan/atau moralitas dan integritas pribadi ... asal saja dia bisa bersikap “profesional” dan bisa mengambil keputusan yang tepat tanpa mencampur adukkan keduanya.
Nyatanya, setelah skandal demi skandal mengguncang dunia ini, bukan hanya Amerika Serikat, tetapi juga banyak negara lainnya, dan mencakup banyak pemimpin dan pelaku penting di pelbagai bidang;
• Kasus Ponzi Scheme (arisan berantai) yang dilakukan oleh Bernard Madoff yang menipu ribuan investor besar dan kecil sehingga mencapai 60 milyar dollar, yang disebut sebagai kasus penipuan keuangan terbesar sepanjang sejarah dunia,
• Kasus perselingkuhan Tiger Woods dengan beberapa wanita dengan reputasi yang kurang pantas, dianggap sangat menodai citra olah raga golf profesional yang selama ini dikenal sebagai olah raga yang memiliki nilai nilai yang “family friendly”,
• sampai kasus senator Rod Blagoyevich dari Chicago yang berbohong di bawah sumpah dan rekaman pembicaraan pribadinya dibocorkan kedepan masyarakat umum, sehingga membuat kasus ini mendapat gelar “Watergate of this decade”,
semuanya menunjukkan bahwa teori di atas hanyalah sebuah mitos atau teori belaka. Dan adalah sangat susah, apabila bukan mustahil, untuk memisahkan karakter seseorang dari keputusan keputusan yang akan dibuatnya dalam kehidupan. Bahwa memang ada perbedaan antara kehidupan publik dan kehidupan pribadi adalah sesuatu yang wajar, namun kedua dunia ini tidaklah dipisahkan oleh sebuah tembok yang kedap air. Lambat laun, kegagalan karakter di dalam kehidupan pribadi akan meresap dan berdampak kepada keputusan-keputusan yang diambil seseorang di dalam kehidupan publiknya.
Gereja atau dunia pelayanan sudah jauh lebih dahulu melihat hal ini. Didalam dasar untuk mempertimbangkan kelayakan seseorang untuk terjun di dalam pelayanan, atau bahkan hanya untuk bekerja di dalam sebuah organisasi yang bergerak di bidang pelayanan rohani (istilah Alkitabiahnya; pelayanan meja), maka karakter menjadi kriteria no. 1 untuk dipertimbangkan. Itu pun kadang-kadang tidak dapat mencegah terjadinya penyusupan oleh orang-orang yang cacat karakter, yang perbuatannya mencemari Organisasi atau Institusi yang mereka layani. Dunia usaha lambat laun juga mulai mengakui kembali kebenaran ini, sebagai dasar pertimbangan mereka di dalam menentukan hiring policy mereka.
Sebenarnya, dunia sekuler yang selama ini berusaha mengusir Tuhan dari arena publik, secara tidak langsung mengakui perlunya karakter. Mereka mengakui kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin pemimpin yang “kuat”, yang berhasil menaklukkan berbagai macam halangan seperti Jenderal Douglass Mc Arthur, Jenderal George S. Patton, dan para pemimpin militer berhasil lainnya. Hal ini juga berlaku dalam bidang-bidang lainnya - seperti ilmu pengetahuan. Dunia mengagumi para penemu yang bukan hanya jenius di dalam mendapatkan suatu terobosan sains, tetapi juga ketekunan mereka di dalam mengerjakan ide-ide mereka, sampai menjadi suatu purwarupa yang fungsional.
Disinilah kesalahan dunia sekuler. Tanpa Allah di dalam pemikiran mereka, mereka hanya dapat melihat dan mengidentifikasikan Kekuatan Karakter, tetapi tidak dapat melihat dan menilai Kemurnian Karakter. Dunia sekuler yang tanpa Allah sangat terobsesi dengan Kuasa (power) dan Sukses, sehingga mereka hanya menganggap karakter sebagai komponen pendukung untuk mencapai kesuksesan. Disinilah terletak perbedaan di antara orang Kristen dengan dunia sekuler. Orang Kristen menganggap pembentukan karakter sebagai suatu tujuan mulia yang berdiri sendiri dan bernilai kekal, bukan hanya sebagai komponen pendukung untuk meraih kesuksesan. Disinilah perbedaannya.
1. Kekuatan Karakter akan membantu kita meraih kesuksesan, tetapi Kemurnian Karakter akan membuat kita tetap berada di dalam posisi kesuksesan.
Jika pencapaian kesuksesan menjadi ukuran yang pertama dan satu-satunya di dalam menilai karakter seseorang, maka kita harus memberikan penilaian yang tinggi kepada orang-orang seperti Michael Jackson dan Mike Tyson yang telah membayar harga yang diperlukan untuk bangkit dari tragedi keluarga mereka dan dengan disiplin yang tinggi, berhasil meraih kesuksesan di bidang mereka masing masing. Tetapi di sinilah letak ironisnya kebenaran di atas. Kekuatan karakter hanya bisa membawa kita ke pintu gerbang kesuksesan, tetapi untuk tetap berada di sana, kita perlu sesuatu yang lebih. Kita perlu kemurnian karakter.
2. Kekuatan Karakter akan membawa berkat bagi diri kita sendiri dan “kelompok” kita saja, sedangkan Kemurnian Karakter akan membuat kita menjadi berkat bagi semua orang.
Siapakah yang ingin kita bahagiakan di dalam kesuksesan kita? Jika kita hanya berfokus kepada diri kita sendiri dan kelompok terdekat kita, maka kita adalah orang-orang yang segolongan dengan Genghiz Khan, Hitler, Mussolini, dan semua gembong mafia yang ada di dunia ini, yaitu kategori orang yang memiliki karakter, dan di dalam definisi yang sempit ini, mereka semua adalah orang-orang yang memiliki kekuatan karakter.
Ada orang yang pernah berkata tentang Adolf Hitler, bahwa kesalahan yang diperbuat olehnya hanyalah satu saja, yaitu ia masih tetap hidup melewati tahun 1939. Jika Hitler meninggal tahun 1939, maka ia masih akan dikenang dunia sebagai orang yang berhasil mengembalikan harkat dan derajat bangsa Jerman setelah terpuruk di dalam kekalahan dalam Perang Dunia I. Kebijakan-kebijakan Hitler mendorong Jerman maju kembali bahkan melewati bangsa-bangsa sekutu dalam pelbagai hal, tetapi selanjutnya ia membawa kesengsaraan yang tidak terperi bagi jutaan penduduk Eropa lainnya.

3. Kekuatan Karakter akan membuat kita bisa menikmati barang-barang tanda kesuksesan kita, tetapi Kemurnian Karakter akan membawa kita menikmati persekutuan yang intim dengan Tuhan dan rasa penerimaan diri yang sesungguhnya.
Jika benda-benda duniawi dapat memuaskan dahaga jiwa kita yang paling dalam, seharusnya kita tidak akan pernah mendengar kasus bunuh diri dari banyak selebritis di dunia ini. Dunia entertainmen sangat jelas mengilustrasikan ironisnya prinsip ini. Sementara jutaan manusia di luar mengidolakan mereka, mereka tidak dapat hidup dengan diri mereka sendiri. Setiap kali mereka bangun dan melihat ke cermin, mereka tidak merasa puas akan diri mereka dan merasa bahwa ada kekosongan besar dan merasa bahwa mereka tidak hidup sebagaimana seharusnya mereka hidup.
Mazmur 25:14 berkata “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan rahasia perjanjian-Nya diberitahukan kepada mereka.” Ketika kita berjalan dalam takut akan Tuhan, kita akan mengembangkan kemurnian karakter. Dan sebagai balasannya, Tuhan berjanji bahwa Ia akan bergaul karib dengan kita. Sebagai sahabat karib kita, salah satu hal yang Ia berikan kepada kita adalah pertemanan (companionship). Ia berjanji akan menyertai kita di manapun kita berada, dan penerimaan (approval). Tuhan akan berkata bahwa bukan hanya Ia mengasihi kita, tetapi juga Ia menyukai kita.
Banyak dari para selebritis terlibat di dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang sebenarnya memiliki tujuan yang mulia, dan untuk ini kita patut mengacungkan jempol kepada mereka. Tetapi jika kita meneliti lebih jauh, alasan utama kenapa mereka melakukan hal-hal tersebut adalah kebutuhan yang amat mendalam untuk memiliki suatu rasa dihargai dan diapresiasi dan merasakan bahwa kehidupan mereka benar-benar telah menjadi kehidupan yang berguna. Hanya penerimaan (approval) dari Allah sebagai sahabat terbaik kita, akan mampu memenuhi kekosongan jiwa kita.
Dr. John C. Maxwell, seorang pakar kepemimpinan Kristiani mengusulkan keempat hal di bawah ini sebagai komponen karakter Illahi di dalam diri setiap orang Kristen, yang di dalamnya mencakup unsur Kekuatan dan Kemurnian Karakter.
A. Identitas yang Illahi
Amsal 23:7 berkata ”as a man thinks, so he is ...” (Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia). Kita harus mulai belajar melihat dan menilai diri kita sebagaimana Pencipta kita melihat kita. Inilah hal yang sering dilihat dan ditangkap oleh dunia sekuler, terutama di dalam keberhasilan di dunia olah raga. Sebelum seseorang menjadi juara, terlebih dahulu ia harus bisa melihat dirinya sendiri sebagai juara. Disinilah peranan penting seorang pelatih (coach). Pelatih seringkali lebih dapat melihat potensi yang ada di dalam diri seorang atlet lebih daripada atlet itu sendiri. Kita harus mengijinkan Roh Kudus menulis identitas baru di dalam diri kita. Kadang-kadang Ia harus mengganti nama kita dan memberikan nama baru kepada kita, seperti yang dilakukanNya kepada Yakub, dari seorang penipu menjadi seorang juara bersama dengan Allah.
B. Tempramen yang Dikuasai Oleh Roh Kudus
Kita diciptakan oleh Tuhan dengan kepribadian yang berbeda-beda, masing-masing dengan kekuatan dan kelemahan di dalam pola kepribadian tersebut. Hal itu adalah sesuatu yang wajar, tetapi ada kalanya kita mengijinkan perangai dan suasana hati kita begitu mendikte kita, sehingga kita akhirnya kita melakukan tindakan dan mengeluarkan perkataan yang akhirnya kita sesali.
Ada pepatah yang berkata bahwa:
• suasana hati akan melahirkan tindakan,
• tindakan akan melahirkan kebiasaan,
• kebiasaan akan melahirkan karakter,
• dan karakter akan menentukan nasib (destiny) seseorang.
Kita harus mengijinkan Roh Kudus untuk selalu menjadi Roh Penghibur yang menenangkan dan meneduhkan hati kita senantiasa, sehingga kita tidak hanya bereaksi terhadap stimulan yang ada di sekitar kita. Yesaya 26:3 berkata “Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”
C. Nilai-nilai yang Alkitabiah
Masyarakat modern sudah tidak memiliki definisi yang jelas mengenai nilai-nilai. Sebetulnya sederhana saja, nilai adalah suatu sistem untuk menentukan; mana yang kita hargai lebih dari pada yang lain.
• Manakah yang lebih berharga; benda-benda material atau hubungan-hubungan yang kita miliki?
• Manakah yang lebih berharga; melakukan apa yang benar atau menyelamatkan citra diri kita?
Jawaban-jawaban kita akan menunjukkan sistem nilai yang kita anut. Orang akan bertanya-tanya jika kita menaruh label harga yang salah kepada benda-benda materi. Mengapa sesuatu yang bermutu rendah diberi harga mahal hanya karena suatu merek tertentu, maka masyarakat akan memberikan penilaiannya: barang itu memiliki harga (price) tetapi harga itu tidak memiliki nilai (value). Demikian juga dengan kita. Jika kita terus membuat penilaian-penilaian yang salah, menaruh prioritas yang salah di dalam mengambil keputusan (seperti Esau, yang menilai hak kesulungannya begitu rendah, sehingga rela menjualnya demi semangkuk kacang merah), maka masyarakat akan bertanya kepada kita, nilai-nilai apakah yang kita pancarkan selama ini?
D. Disiplin Diri yang Teguh
Prinsip inilah yang menjadi pengunci ketiga hal di atas. Kita harus mempraktekkan ketiga hal tersebut setiap kali di dalam setiap keadaan, bukan hanya dalam keadaan yang mengenakkan kita saja, tetapi dalam segala keadaan.
Disiplin juga dibutuhkan ketika kita melakukan semua hal-hal yang bersifat detail dan rutin, sehingga kita tidak terjerumus kepada kebosanan dan kelalaian.
Disiplinlah yang pada akhirnya memasukkan ketiga hal tersebut kedalam jati diri kita, sehingga bukan hanya menjadi sesuatu yang eksternal, tetapi menjadi bagian integral dari kepribadian kita.

Translate