Biarlah Hati Bapa Berbalik Kepada Anaknya & Hati Anak Kepada Bapanya! (2)

Biarlah kita hidup dengan tidak bercela dan terus hidup setiap hari bergaul erat dengan Tuhan. Jaga ini baik-baik! Orang yang dibenarkan seperti kita ini sekarang diberi tuntunan tentang “Aku segera datang”, tetapi kalau hal ini Saudara perkatakan, jangan mengharapkan bahwa semua orang pasti akan menerimanya dan berkata, “Amin! Amin!”. Itu belum tentu!

Kepada Nuh, Tuhan berkata bahwa air bah akan datang dan Nuh disuruh membuat bahtera. Ini merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Mungkin hari-hari ini ada orang yang menganggap, “Apa itu kedatangan Tuhan? Apa itu goncangan! Tidak masuk akal!”, ini persisnya yang terjadi pada masa itu. Ketika Nuh dengan tekun tetap membangun bahtera. Mari kita bayangkan sejenak;

• orang-orang yang lewat bertanya, “Nuh, apa yang kamu buat ini?”

• tentu Nuh akan menjawab, “Bahtera”.

• mereka heran dan berkata, “Bahtera? Di atas gunung? Apa tidak salah, Nuh? Apakah kamu sudah gila?”

Saudara, untuk menjadi saksi Yesus, hari-hari ini kita bisa mengalami hal yang seperti itu! Tetapi kita harus tetap konsisten dan memperkatakannya sebab itulah yang Tuhan mau kita lakukan.

Apakah Saudara mau hidup berbahagia? Mari kita mendengar perkataan Tuhan Yesus tentang rahasia hidup berbahagia: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Matius 5:10–12)

Memang kalau mendengar kotbah tentang “berkat-berkat” rasanya “Amin!”-nya begitu kencang, tetapi begitu masuk ke sisi yang lain seperti “aniaya”, biasanya kita terdiam. Tetapi biarlah saya mau mengajar Saudara, kita mendengar “berkat” dan kita juga mendengar “aniaya” namun “Amin!”-nya tetap sama!

Sebagai hamba Tuhan saya harus mengabarkan 2 sisi dengan berimbang. Jangan hanya menekankan salah satu sisi, karena itu akan menyesatkan. Jadi, ketika mendengar tentang “berkat” kita akan berteriak, “Amin!”, begitu pula ketika mendengar tentang “aniaya”, kita juga berteriak “Amin!”, sebab kita semua adalah saksi-saksi Yesus yang dipersiapkan oleh Tuhan dan inilah saatnya di mana Indonesia yang sedang membutuhkan jawaban.

Saya tidak tahu mengapa 22 gunung tengah bermasalah yang mana ini tidak masuk akal! Dan goncangan ini bukan hanya gunung saja, belum lagi gempa, masalah ekonomi, dan sebagainya. Tetapi puji Tuhan karena kita adalah orang yang mengerti tuntunan firman Tuhan.

III. PELAJARAN TENTANG HUBUNGAN ORANG TUA DAN ANAK

1. Kisah NUH

Tuhan berbicara sangat kuat tentang Nuh ketika saya berada di Tanah Perjanjian. Nuh mempunyai 3 orang anak, yaitu Sem, Ham dan Yafet. Nuh adalah orang pertama yang membuat kebun anggur. Pada suatu hari, Nuh minum anggur sampai ‘kebablasan’ dan mabuk. Begitu mabuk Nuh telanjang! Sekarang mari kita lihat sikap dari ketiga anaknya yang melihat ayahnya yang seperti itu.

a) HAM

Ham disebut bapa Kanaan. Dia adalah anak bungsu dan ketika melihat ayahnya yang seperti itu, dia berbicara kepada Saudara-saudaranya tentang aurat ayahnya. Saya yakin kata-katanya ini tidak bagus untuk seorang anak tentang bapaknya. Artinya dia melecehkan. (Kej 9:22)

b) SEM dan YAFET

Sikap Sem dan Yafet berbeda dengan Ham, ketika mereka mengetahui bahwa ayahnya seperti itu, mereka justru mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu berjalan mundur menutupi aurat ayanya sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya tersebut. (Kej 9:23).

Ketika Nuh sadar, apa yang terjadi? Nuh mengutuk Ham dan berkata, “Terkutuklah kamu bapa Kanaan, kamu akan menjadi hamba yang hina bagi saudara-saudaramu!” (Kej 9:24–25). Dan ternyata kutuk itu terjadi!

Bileam disuruh oleh raja Balak untuk mengutuki Israel , tetapi karena yang akan dikutuki tidak layak untuk dikutuk, maka Israel itu tidak bisa dikutuk. Jadi kalau kutuk itu terjadi, berarti Tuhan memberikan izin untuk itu.

Tuhan sedang berbicara begitu kuat tentang hubungan antara orang tua dengan anak. Bukan hanya antara bapa dan anak secara jasmani, tetapi juga secara rohani. Ini berbicara kepada pimpinan yang dihormati di mana hal itu ada tata kramanya.

Terus-terang saja ketika saya melihat akhir-akhir ini di televisi, bagaimana orang berdemonstrasi dan memaki-maki orang yang di atasnya. Saya melihat bagaimana anak-anak mengata-ngatai orang tuanya dan sepertinya itu wajar bagi mereka karena memang orang tuanya tidak baik. Melihat itu saya sedih dan saya tahu bahwa inilah salah satu penyebab mengapa Indonesia mengalami hal yang seperti ini.

Maleakhi 4:5–6, “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” Saudara, kalau hubungan antara orang tua dan anak tidak benar dan tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka Tuhan akan datang mengutuk serta memukul bumi sehingga musnah!

Saya ingat pada waktu saya masih sekolah dulu di SMP dan SMA, itu ada pelajaran “Budi Pekerti”, namun sekarang pelajaran ini sudah tidak ada lagi. Dalam pelajaran itu diuraikan bagaimana kita harus memperlakukan orang tua, membangun hubungan dengan orang tua dan kepada orang-orang yang harus dihormati, jadi ada tata-kramanya. Dulu kalau ada seorang anak yang hubungan dengan orang tuanya tidak beres, orang Jawa biasanya sering berkata, “Nanti bisa terkutuk!” Tetapi sekarang jarang kita mendengar tentang “terkutuk” ini. Mengapa? Karena dianggap sudah menjadi hal yang biasa. Tetapi saya mau katakan bahwa itu bukan hal yang biasa, karena sudah keluar dari firman Tuhan. Hari-hari ini saya harus menyampaikan kepada Indonesia bahwa ini harus diperbaiki. Sebab kalau kita sudah kehilangan penghormatan kepada orang yang di’tua’ kan maka itu sudah tidak benar. Amin!

2. Kisah DAUD

Saya dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya dengan satu tugas pokok. Jadi pada waktu itu Dia tidak berkata, “Niko, kamu jadi pendeta!” Pendeta memang hanya sekedar namanya saja, tetapi yang menjadi tugas pokok saya adalah: menjadi alat Tuhan untuk merestorasi Pondok Daud. Sehingga kalau saya bergerak di situ, maka pengurapan Tuhan akan turun begitu kuat. Dan sebagai salah satunya adalah untuk membawa jemaat masuk ke hadirat Tuhan sehingga jemaat mengalami kegairahan dengan Tuhan dan cinta kepada Tuhan. Kalau Saudara sudah kehilangan gairah kepada Tuhan, maka Saudara tidak akan melakukan apa-apa. Tetapi kalau Saudara dalam kondisi bergairah dengan Tuhan, maka apa yang firman Tuhan katakan pasti akan Saudara lakukan.

Kalau kita lihat kehidupan Daud, itu begitu luar biasa! Daud banyak berbuat salah bahkan dosanya tidak tanggung-tanggung; antara lain dalam peristiwa Batsyeba di mana Daud membunuh suaminya. Tetapi mengapa Tuhan berkata, “Aku telah menemukan Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku karena dia melakukan kehendak-Ku?” (Kis 13:22)

a) Bagaimana DAUD Memperlakukan Bapanya (SAUL)

Hal ini karena di sisi lain ada sesuatu yang Daud lakukan secara luar biasa, terutama dalam area hubungan antara orang tua dengan anak tadi. Saudara mungkin ingat tentang Saul dan Daud, katakanlah Saul adalah bapa bagi Daud. Tetapi saya katakan bahwa Saul adalah bapa yang ‘brengsek’. Mengapa?

Daud seharusnya dia bina sebagai anaknya, namun ketika Daud menang perang dan para gadis menari-nari sambil berkata, “Saul mengalahkan musuh beribu-ribu, tetapi Daud mengalahkan musuh berlaksa-laksa!” Sejak saat itu Saul mulai punya ganjalan terhadap Daud, karena dia iri kepada Daud. Roh jahat diizinkan masuk dan menguasai Saul sehingga ia mencari setiap kesempatan untuk membunuh Daud. Daud terpaksa lari dari Saul karena dia dikejar-kejar hendak dibunuh. Saul adalah tipe atau gambaran dari bapa yang ‘brengsek’, tetapi bagaimana respon Daud sebagai anak?

• Daud tidak pernah memaki-maki Saul

Saya tidak pernah menemukan dalam Alkitab bahwa Daud pernah memaki-maki Saul!

• Daud tidak mengambil kesempatan untuk membunuh Saul

Daud bisa membunuh Saul sehingga permasalahannya selesai karena Tuhan telah memberi 2x kesempatan kepada Daud untuk membunuh Saul. Tetapi apa kata Daud? Dia berkata, “Kiranya dijauhkan daripadaku untuk menjamah orang yang diurapi!”

• Daud berkabung ketika Saul mati

Ketika Saul mati, Daud sungguh-sungguh berkabung. Kita lihat bahwa Saul adalah bapa yang ‘brengsek’ tetapi Daud sebagai anak melakukan yang seperti itu. (1 Sam 18 s/d 31).

b) Bagaimana DAUD Memperlakukan Anaknya (ABSALOM)

Daud memiliki anak yang bernama Absalom. Kalau tadi kita lihat tipe bapa yang ‘brengsek’, maka sekarang kita melihat tipe anak yang ‘brengsek’. Apa yang dilakukan Absalom terhadap Daud? Ternyata Absalom mau menyaingi Daud sehingga dia menyusun kekuatannya. Kalau ada orang yang keluar dari pengadilan dengan keadaan dikalahkan pada waktu itu, maka Absalom mendatanginya dan berkata, “Kamu kalah ya? Coba kalau aku jadi raja, kamu pasti menang!” Itulah yang dia tanamkan! Pokoknya orang-orang yang kecewa didatanginya, seolah-olah dihibur supaya berpihak kepadanya. Akhirnya memang benar dia bisa mengumpulkan orang-orang dengan pengaruh itu dan melakukan kudeta terhadap ayahnya sendiri! Apa yang menjadi langkah Daud? Daud tidak langsung melawan Absalom, melainkan dia turun dari singgasananya, dan lari dari anaknya ini sambil menangis, karena dikejar untuk dibunuh oleh anak kandungnya sendiri.

Ternyata Absalom tidak hanya melakukan itu saja, tetapi dia mempermalukan bapanya lebih lagi. Absalom membuat panggung yang besar dan gundik-gundik ayahnya disetubuhi sambil dipertontonkan di muka orang banyak. Ini sungguh-sungguh luar biasa! Apa yang terjadi pada akhir hidup Absalom? Siapakah yang mati terlebih dahulu? Ternyata Absalom-lah yang mati terlebih dahulu.

Pada waktu Absalom mati, peristiwanya sangat menyedihkan dan Daud menangis melolong-lolong sambil berkata, “Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Lebih baik aku yang mati menggantikan kamu!”, sehingga jenderalnya yang bernama Yoab marah kepada Daud dan berkata, “Baginda, kalau baginda seperti ini, bagaimana dengan orang-orang yang membela baginda?” Saudara, inilah yang terjadi di antara Daud dengan anaknya Absalom (2 Sam 15 s/d 19).

c) Bagaimana DAUD Memperlakukan Orang Lain (SIMEI)

Ketika Daud sedang lari dari Absalom dan di tengah-tengah kesusahannya yang luar biasa sampai dikatakan bahwa Daud tidak memakai kasut, tiba-tiba muncul seorang yang bernama Simei, seorang kerabat dari Saul. Apa yang dilakukan Simei?

Simei memaki-maki dan mengutuki Daud di muka orang banyak. Pada waktu itu, Abisai pengawal Daud berkata, “Tuan, mengapa tuan biarkan anjing mati ini mengutuki tuan? Biar kupenggal kepalanya!”, namun jawab Daud, “Jangan kau lakukan itu! Siapa tahu memang Tuhan yang menyuruh dia mengutuki aku. Dia mengutuki aku, sedangkan anak kandungku ingin membunuh aku! Tetapi biarlah Tuhan mengganti kutuk yang diberikan oleh orang itu menjadi berkat!” Inilah Daud!

Namun ketika Daud kembali menjadi raja, yang pertama-tama menyambut adalah Simei tadi. Simei datang kepada Daud dan meminta ampun kepadanya. Apa kata Daud? Kata Daud, “Baiklah engkau aku ampuni dan aku berjanji engkau tidak akan aku bunuh dengan pedang!” Dan ternyata janji itu ditepati.

Pada waktu Daud menyerahkan tahta Israel kepada Salomo untuk menjadi raja, menjelang hari terakhir dari hidupnya, dia memanggil Salomo dan memberikannya nasehat serta menitipkan 3 nama kepada Salomo; yang salah satunya adalah Simei. Pada waktu itu Daud berkata kepada Salomo, “Anakku, engkau seorang yang berhikmat, engkau tahu orang ini dan janganlah lepaskan dia dari hukuman! Dan jangan biarkan dia turun ke dunia orang mati dengan tidak berdarah!”

Saudara, saya membaca Alkitab Hidup Berkelimpahan tentang hal ini dan di situ ada komentar yang berbunyi demikian, “Sayang Daud yang hidupnya dijalani dengan bagus akhirnya ditutup dengan kepahitan seperti itu”. Melihat komentar seperti itu saya teruskan membaca kisah tentang Simei. Ternyata Salomo menjalankan perintah Daud dan dia memanggil Simei serta berkata kepadanya, “Aku buatkan kamu rumah di Yerusalem. Jangan kamu keluar dari rumah itu! Kalau kamu keluar dari rumah itu, kamu akan dihukum mati! Dan darahmu akan ditanggungkan kepadamu sendiri. Setuju?” Dan Simei menjawab, “Setuju!” Jadi ada perjanjian antara Salomo dan Simei. Apa yang terjadi setelah itu?

Pada suatu hari, 3 tahun setelah itu bujangnya lari kepada orang lain. Hal itu membuatnya marah sehingga dia keluar mengejar bujangnya tersebut. Simei melupakan perjanjiannya dengan Salomo, saya percaya bahwa di sini Tuhanlah yang membuatnya lupa! Akhirnya Salomo memanggil Simei dan berkata, “Simei, bukankah engkau telah berjanji bahwa kalau kamu keluar dari rumah itu, kamu akan dihukum mati dan darahmu ditanggung atas kamu sendiri!” dan Simei menjawab, “Ya benar ...” Salomo berkata, “Sekarang aku beritahu apa kesalahanmu. Karena apa yang kamu lakukan kepada ayahku, ternyata Tuhan yang tidak terima. Tuhan yang menghukum kamu!” (2 Sam 16:5–14, 2 Sam 19:15–23, 1 Raja2:8–9, 1 Raja 2:36–46)

Sehubungan dengan hal ini, (maaf) saya ingin menyatakan bahwa saya tidak setuju dengan komentar dari Alkitab Hidup Berkelimpahan tersebut! Sebab saya tahu bahwa sebetulnya Daud sudah diberitahu oleh Tuhan tentang hal itu, karena Daud adalah juga seorang nabi. Jadi apa yang dikatakannya kepada Salomo sebenarnya adalah sebuah nubuatan di mana Tuhan sendiri yang menghukum Simei dan bukan Daud!

Saudara, inilah yang hari-hari ini Tuhan sedang pesankan kepada kita. Saya mau beritahu kepada Saudara, jangan menjadi Ham! Jangan menjadi bapa dengan model seperti Saul yang ‘brengsek’! Jangan ada anak yang ‘brengsek’ seperti Absalom! Dan jangan ada yang seperti Simei! Tetapi biarlah kita seperti Daud, Sem dan Yafet! Saya percaya, kalau Saudara lakukan itu, maka Saudara akan diberkati secara luar biasa! Amin!

Tidak ada komentar:

Translate