MENJADI
MEMPELAI KRISTUS
Wahyu 19:6-8: “Lalu aku mendengar
seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti
deru guruh yang hebat, katanya: “Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang
Mahakuasa telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan
memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus
yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” [Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus].
Kerinduan
kita semua sebagai gereja-Nya adalah menjadi mempelai Kristus pada saat
Perjamuan Kawin Anak Domba nanti. Kronologis dari Wahyu pasal 19 ini
menempatkan pengantin itu/Gereja-Nya (2 Korintus 11:2) berada di Surga
sebelum kedatangan Kristus ke bumi yang kedua kali (Second Coming). Dengan penjelasan,
yaitu :
-
Pengantin itu telah berpakaian lengkap dan telah siap di Surga saat
Perjamuan Kawin Anak Domba, demikianlah Gereja-Nya sudah mengalami
pengangkatan dan ada di surga.
-
Pengantin yang sudah berada di surga itu berpakaian lenan halus (ayat 9). Agar
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus itu menjadi lengkap,
mereka harus berada di surga dan dibebaskan dari kecemaran.
Ada
2 hal penting yang harus kita perhatikan dalam persiapan kita menjadi Mempelai
Kristus, yaitu :
1.
Telah siap sedia untuk menjadi Pengantin (ayat 7)
Adapun ciri-ciri Pengantin yang telah siap yaitu:
a.
Dewasa Rohani
(Efesus 4:13, “Sampai
kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang anak
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus”).
Salah satu syarat dalam pernikahan adalah orang yang dewasa, bukan anak-anak.
Bagaimana mungkin seorang anak kecil dapat melakukan pernikahan? Karena itu
sebagai umat Tuhan yang siap menjadi Mempelai-Nya, kita harus semakin dewasa
rohani. Bukan berdasarkan berapa lamanya kita menjadi orang Kristen, tetapi
seberapa tingkat iman percaya kita kepada Tuhan.
b.
Mengasihi Yesus Lebih Dari Segalanya
(Matius 10:37,
“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih
daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku”). Hanya pasangan yang saling mengasihi
yang menjadi pasangan yang siap menikah. Jika seseorang tidak mengasihi
pasangannya, bagaimana ia bisa menikah. Atau jika seseorang lebih mengasihi
orang lain, bagaimana ia dapat menikah dengan pasangannya, karena tidak ada
orang yang mau diselingkuhi. Dan tanda-tanda seorang yang siap menikah adalah
bertambah mengasihi, setiap hari semakin dekat hatinya dengan pasangannya.
Apakah kita semakin bertambah mengasihi Yesus? Apakah kita menanti-nantikan
kedatangan-Nya?
2.
Berpakaian Lenan Halus (ayat 8)
Lenan
halus berbicara tentang kekudusan. Bagaimana cara supaya dapat mengenakan
kekudusan sebagai pakaian kita:
a.
Mengejar Kekudusan
(Ibrani
12:14, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan,
sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.”). Bertekad untuk hidup
kudus dengan kemauan untuk selalu hidup kudus. Kita harus mengejar kekudusan
itu. Apakah kita tetap hidup dalam kekudusan pada saat tidak ada seorang pun
melihat perbuatan kita? Apakah kita tetap hidup dalam kekudusan di saat dunia
menawarkan perbuatan yang tidak kudus? Apakah kekudusan itu sudah menjadi gaya
hidup kita?
b.
Hidup Dalam Kekudusan
(1 Petrus 1:14-16,
“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang
menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di
dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”). Tidak cukup dalam
tekad tapi kekudusan harus dilakukan senantiasa dalam hidup kita. Kita harus
menjauhi dosa. Kekudusan mengandung pengertian terpisah dari cara-cara fasik
dunia dan dipisahkan untuk mengasihi, melayani dan menyembah Allah. Biarlah
kekudusan bukan hanya menjadi kerinduan kita saja, tetapi juga menjadi gaya
hidup kita.
c.
Kasih Karunia Allah Menguduskan Kita
(Titus
2:11-14, “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah
nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan duniawi dan supaya hidup kita bijaksana, adil dan beribadah
di dalam dunia sekarang ini. Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang
penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat
kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan
kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat,
kepunyaan-Nya sendiri yang rajin berbuat baik.”)
Kita
harus tahu bahwa hanya karena pertolongan Tuhan-lah kita bisa hidup kudus.
Karena Dia yang menguduskan kita. Dengan pertolongan Roh Kudus maka kita bisa
hidup dalam kekudusan, karena Ialah yang memberikan anugrah dan kekuatan di
dalam kita. Semuanya bukan karena kuat dan gagah kita melainkan karena Roh
Kudus. Oleh karena itu mohon pertolongan Roh Kudus untuk kita dapat hidup dalam
kekudusan. Amin! (AS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar