PENCURAHAN ROH KUDUS
“Sebab
Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas
tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-ku ke atas keturunanmu, dan
berkat-Ku ke atas anak cucumu.” Yesaya 44:3
Peristiwa kebangkitan Kristus dilanjutkan dengan kenaikan-Nya, tetapi juga hal
yang penting adalah Pencurahan Roh Kudus sebagai penggenapan janji Allah. Pasca
kebangkitan-Nya, selama 40 hari Tuhan Yesus menjumpai dan bersama-sama dengan
para murid untuk menyiapkan mereka bagi tugas pelayanan mereka. Yesus
menghendaki supaya kita tidak menjadi yatim secara rohani, maka Dia mengirimkan
Roh Kudus kepada Gereja dan orang percaya. Dalam Yohanes
14:17-28 dikatakan bahwa Roh Kebenaran itu akan
diam di dalam kita.
Setiap
kita merindukan untuk mengalami Pencurahan Roh Kudus. Pesan Tuhan melalui Bapak
Gembala Pembina bahwa kita sedang menanti-nantikan Pentakosta ke-3. Yesaya
menubuatkan seperti ayat diatas; bahwa akan terjadi Pencurahan Roh Kudus seperti
hujan yang sangat lebat - atas orang percaya. Tetapi perlu diingat bahwa
pengurapan Allah itu bukan sesuatu yang murahan, diobral, dibagi begitu saja,
oleh karenanya kita harus mengkondisikan diri menjadi pribadi yang:
1. Melakukan Kehendak Bapa
Sesuai
tuntunan Tuhan bagi gereja kita bahwa setiap pribadi sedang dituntut untuk
menangkap kehendak Bapa melalui hidup kita pada masa ini, dan melakukan
kehendak Bapa tersebut. Kehendak Bapa adalah hidup kita ini menjadi tempat
kediaman Roh Kudus, seperti yang terdapat dalam Keluaran
25:8, “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di
tengah-tengah mereka.”
Hidup
dalam kekudusan adalah identik dengan kehidupan yang taat dengan mutlak
terhadap apa yang Firman Tuhan kehendaki untuk dilakukan. Kekudusan adalah
syarat yang mutlak untuk Roh Kudus berdiam dalam kehidupan kita. Cari kehendak
Allah dan tinggal dalam kebenaran-Nya, bereskan dan bersihkan hati dari segala
kejahatan, kekecewaan, kemunafikan dengan darah Kristus, serta persiapkan hati
untuk Roh Kudus berdiam dalam diri kita.
2. Mengalami Kehausan Rohani
Mazmur
42:2, “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku
merindukan Engkau, ya Allah.” Tanda kehidupan
dalam diri seseorang adalah adanya kelaparan dan kehausan, jika kita sudah
tidak haus lagi secara rohani, maka itu adalah tanda bahwa kehidupan rohani
kita sedang sakit atau mungkin mengalami kematian.
Seorang
anak Tuhan yang sehat rohaninya senantiasa merindukan Allah seperti yang
dikatakan oleh pemazmur, para rasul dan murid-murid lainnya. Sebelum mengalami
pencurahan Roh Kudus, mereka adalah sebagai pribadi-pribadi yang sangat haus
dan lapar akan Tuhan, kehausan yang lebih hebat menggelora dalam setiap jiwa
mereka akan Allah. Kehausan seperti itulah yang dinanti-nantikan oleh Allah.
Mereka menunggu dengan kondisi yang sangat lapar dan haus karena merindukan
lawatan Allah turun ke atas mereka. Jika kita menginginkan lawatan-Nya maka
jadilah haus dan lapar di hadapan Tuhan, sebab itu persyaratan yang dibutuhkan
untuk mengalami Pencurahan Roh Kudus.
Para
murid mengalami kehausan akan janji Pencurahan Roh Kudus terus menerus
meluap-luap dalam jiwanya sebagai suatu persiapan lawatan-Nya. Mengeranglah dan
berserulah seperti orang yang sangat kehausan di hadapan Allah sebagai bentuk
kerinduan kita, maka Tuhan akan memuaskan kita dengan lawatan Roh Kudus-Nya.
3. Masuk Dalam Keintiman
Lukas
24:53, “Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.”
Ayat di atas menunjukkan kronologis setelah mereka menyaksikan Yesus yang
terangkat ke Sorga lalu para murid senantiasa berada di sebuah kamar loteng dan
dengan antusias mereka memuliakan Allah. Yang dilakukan para murid adalah
menaikkan doa, pujian, dan penyembahan dengan tidak putus-putusnya.
Kehidupan seperti ini yang tidak boleh hilang, memudar dan mati dalam jiwa
kita. Prioritaskan waktu kita untuk berada dalam Hadirat-Nya; walaupun itu
sulit. Waktu kita mungkin terbatas, kesibukan kita mungkin semakin meningkat,
namun tetaplah berdoa, memuji dan menyembah. Buat komitmen dalam diri sendiri
seperti:
• Daud yang 7 kali
sehari memuji-muji Tuhan
Mazmur
119:164 “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu
yang adil.” dan
• Daniel yang
berkomitmen untuk 3 kali sehari masuk dalam Hadirat-Nya
Daniel
6:11, “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia
kerumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka kearah
Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti
yang biasa dilakukannya.”
Para
murid didorong oleh kerinduan yang sama dalam jiwanya untuk membangun hubungan
yang intim dengan Allah melalui Doa, Pujian, Penyembahan. Kondisi seperti itulah
yang membawa kita untuk masuk dalam dimensi hubungan yang lebih mendalam dengan
Dia. Doa, Pujian, Penyembahan kita membawa jiwa kita masuk dalam area wilayah
yang sama dengan Tuhan. Karena itu, kehidupan doa, pujian dan penyembahan
secara pribadi harus terus menerus ditingkatkan.
4. Hidup Dalam Unity
Kisah
Para Rasul 1:14, “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama,
dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara
Yesus.” Dalam terjemahan yang lainnya, kata ‘sehati’
dijelaskan dengan
‘seia-sekata, satu tujuan atau satu pikiran’.
Untuk sehati memang perkara yang tidak mudah; dibutuhkan keselarasan antara
kehendak, pikiran dan perbuatan kita dengan pikiran dan kehendak Allah.
Untuk
dapat unity maka diperlukan kerendahan hati yaitu sikap saling menghormati,
mendahulukan pihak lain, menghargai pribadi yang lain serta kerelaan untuk
menerima pribadi yang lainnya dengan apa adanya.
Para
murid bersehati dengan satu tujuan, yaitu mengalami lawatan Allah; Pencurahan
Roh Kudus. Yang merusak unity adalah ketika ada kepentingan pribadi yang lebih
menonjol dari yang lainnya dan itu merusak bahkan menjadi penghalang terhadap
kesatuan hati dan kebersamaan.
Siapkan
hati kita untuk tujuan yang lebih besar yang mengorbankan kepentingan pribadi,
Pentakosta ke-3 ada di depan mata yaitu Pencurahan Kemuliaan Allah seperti air
laut yang menutupi bumi, tetapi diperlukan kesatuan hati dan kebersamaan. Tidak
lama lagi kita merayakan Hari Pencurahan Roh Kudus. Didalam menyongsong era
Pentakosta ke-3, jadilah seperti ‘tanah’
yang haus dan kering; maka berikutnya Tuhan akan mencurahkan Roh-Nya seperti
hujan yang lebat. (AEN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar