III.
DUA HAL YANG DILAKUKAN DALAM MENYONGSONG PENTAKOSTA KETIGA
1.
Doa, Pujian dan Penyembahan Bersama-sama Siang dan Malam
Dikatakan
bahwa mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama (Kisah Para Rasul
1:14a). Doa
memang boleh sendiri-sendiri, tetapi kita juga diminta untuk bersama-sama dan
untuk itu tempatnya adalah di menara doa. Semakin lama semakin banyak orang
yang mengerti tentang hal ini. Sekarang sudah banyak dari gereja-gereja lain
yang datang ke menara doa di SICC lantai 12. Kalau Saudara belum pernah datang
ke sana sayang sekali, karena dari gereja lain justru sudah datang dan mereka
merasakan sesuatu yang luar biasa. Banyak kesembuhan terjadi dengan luar biasa.
SICC telah menjadi seperti apa yang telah Tuhan beritahu, yaitu ”Rumah Doa Bagi
Segala Bangsa, Tempat Yang Berdampak Bagi Transformasi Indonesia Dan Bangsa-bangsa,
Healing Center Dan Miracle Center.” Kebanyakan orang-orang yang datang
berkata, ”Kami
akan datang kembali....kami akan datang kembali ke sana untuk membawa api!”. Sebaliknya
kalau saya pergi kemana-mana pun saya membawa api bagi bangsa-bangsa.
2.
Yudas Diganti Matias
Kisah
Para Rasul 1:26 memberitakan bahwa Yudas akan diganti dengan Matias. Yudas
berbicara tentang orang yang cinta akan uang. Saudara perhatikan baik-baik,
hari-hari ini kita yang mau sungguh-sungguh dengan Tuhan tetapi kalau masih
cinta uang, maka akan Tuhan disiplinkan supaya tidak lagi cinta uang. Karena
pentingnya tentang uang atau Mamon ini maka dalam Alkitab ada 2.350 ayat
tentang uang. Perumpamaan Yesus tentang uang lebih banyak dari perumpamaan
Tuhan Yesus tentang sorga dan neraka. Tiap 10 ayat di Perjanjian Baru, 1 pasti
berbicara tentang Mamon/uang. Mengapa demikian? Ada beberapa alasannya, antara
lain: Uang adalah saingan utama dari Tuhan. Kalau uang bukan saingan
utama Tuhan maka Tuhan tidak akan berkata, ”Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua
tuan. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon! Kamu harus
memilih.....” (Matius 6:24, Lukas 16:13). Kadang-kadang kita
tidak tahu kalau kalau kita selama ini mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.
Kalau tidak ditunjukkan oleh Tuhan, maka kita tidak akan mengerti, apalagi bagi
orang-orang yang kaya. Saya selalu berdoa, ”Tuhan, berkati anak-anak-Mu....”, sebab Tuhan memang
berjanji demikian, ”Pencuri
datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan, tetapi Aku datang supaya
mereka (Saudara dan saya) mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan.”
Janji Tuhan bagi kita adalah kelimpahan dalam segala hal selagi kita masih ada
di dunia ini.
Jadi,
jaminannya adalah hidup kekal selama-lamanya dan selagi kita masih ada di dunia
ini, Tuhan juga menjanjikan hidup berkelimpahan dalam segala hal; yaitu
kelimpahan dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kebahagiaan dalam keluarga,
kesehatan yang baik dan termasuk kelimpahan dalam hal materi. Itu sebabnya,
saya selalu berdoa, ”Tuhan,
biar anak-anak-Mu ini kaya dalam hal materi, tetapi juga masuk sorga!”. Ini penting! Jangan
sampai Saudara tidak masuk sorga! Bagaimana cara supaya kaya selagi di
bumi dan kelak masuk sorga? Seperti yang Tuhan Yesus katakan tentang orang muda
yang kaya, ”Alangkah
sukarnya seorang kaya masuk sorga, lebih mudah seekor unta masuk lobang jarum
daripada seorang kaya masuk sorga!” (Matius 19:24-26). Hal ini membuat
gempar di antara murid-murid-Nya. Mereka berkata, ”Kalau begitu siapa
yang bisa diselamatkan?”. Tetapi dengan tenang Tuhan Yesus
berkata, ”Memang
bagi manusia tidak mungkin, tetapi bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin.” Kadang-kadang kita
tidak sadar kalau kita sedang mengabdi kepada Tuhan dan juga kepada Mamon,
terutama kalau kita kaya. Yang seperti ini tidak bisa masuk sorga; kita harus
memilih. Tetapi bagaimana caranya? 1 Timotius 6:17-19 berkata,
“Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi
hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan,
melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala
sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi
kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan
suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang
untuk mencapai hidup yang sebenarnya.” Jadi syarat untuk menjadi kaya di bumi
dan masuk sorga adalah:
a.
Jangan Sombong
Apakah
orang yang kaya kebanyakan sombong? Ya, termasuk saya! Bagaimana supaya tidak
sombong? Dengan diproses! Bagi manusia tidak mungkin, tetapi bagi Allah tidak
ada yang mustahil. Jadi caranya adalah dengan diproses!
b.
Jangan Mengandalkan Kekayaannya, Melainkan Mengandalkan Tuhan
Apakah
gampang bagi kita jika kita banyak uang dan hanya mengandalkan Tuhan dan bukan
mengandalkan kekayaan kita? Tidak mudah! Orang kaya tidak mudah untuk
mengandalkan hanya kepada Tuhan dan bukan kekayaannya. Tetapi bisa baginya
untuk hanya mengandalkan Tuhan, yaitu dengan cara diproses! Sebab tanpa
diproses tidak akan bisa.
c.
Berbuat Baik
Firman
Tuhan berkata, ”Kasihilah
musuhmu, berdoalah bagi yang menganiaya kamu. Kalau ditampar pipi kanan,
berikan pipi kiri”. Lalu
misalnya ada orang kaya yang memiliki trilyunan rupiah, apakah mudah baginya
untuk mengasihi orang yang berbuat salah kepadanya? Bukankah lebih mudah
baginya menyuruh orang upahannya membalas kesalahan orang lain itu? Jadi
bagaimana caranya supaya bisa berbuat baik? Caranya dengan diproses!
d.
Menjadi Kaya Dalam Kebajikan
Di
dalam kamus kata
‘kebajikan’
ini adalah ’benevolence
service’, yaitu
memberi kepada orang-orang miskin dan sengsara. Mungkin ini agak lebih gampang
tetapi dengan maksud-maksud tertentu. Banyak orang yang memberi kepada
orang-orang miskin, kadang-kadang perlu di-shoot di TV sambil berpesan, ”Nanti expose saya
ya....”.
Banyak yang seperti itu, tetapi memberi yang keluar dari dalam hatinya itu
tidak mudah. Supaya menjadi seperti itu perlu diproses!
e.
Suka Memberi dan Berbagi
Kadang-kadang
orang kaya yang mempunyai triliunan rupiah, tetapi uang Rp.1,- saja dipegang
begitu erat! Untuk generous itu tidak mudah, bahkan seringkali; semakin banyak
uangnya orang semakin susah memberi. Mulai menghitung-hitung berapa
perpuluhannya. Tuhan Yesus pernah berkata ketika melihat janda miskin yang
memberi 2 peser dengan tidak perlu pikir-pikir lagi karena memang tidak ada
uangnya. Sambil tertunduk dia memasukkan persembahannya ke kotak persembahan, ”...krincing...” Orang kaya itu
memberi persembahan begitu besar ke dalam kotak persembahan sampai terdengar
suara keras, ”bummm...!”,
namun
Tuhan Yesus berkata bahwa janda itu memberi jauh lebih banyak daripada orang
kaya itu, sebab yang diberikan oleh janda itu adalah seluruh yang dia miliki.
Misalkan
Saudara mempunyai pendapatan 1 triliun, berarti perpuluhannya 100 milyar,
apakah mudah memberikan perpuluhannya? Kadang-kadang orang ada yang memberi
dalam jumlah banyak, tetapi apakah itu perpuluhannya? Tidak ada yang tahu.
Kelihatannya generous dengan banyak memberi ke sana - ke sini, padahal itu
hanya uang receh saja dan belum memberikan perpuluhan. Apalagi seperti yang
baru-baru ini disampaikan, yaitu tentang buah sulung. Ketika disampaikan supaya
memberi 10% atau lebih dari 10%, amin-nya masih kencang! Begitu Tuhan
berkata, ”Muliakan
Tuhan dengan hartamu, dengan seluruh penghasilanmu....” dan Tuhan sampaikan
kepada saya supaya kita memberikan semuanya, ini menjadi ”ramai”. Banyak yang berkata,
”Bagaimana
saya nanti?...”.
Sebenarnya,
Saudara mau kasih atau tidak itu terserah, sebab itu urusan Saudara dengan
Tuhan. Saya hanya menyampaikan apa yang Tuhan katakan kepada saya dan saya
sendiri memberikan semuanya. Apakah itu mudah? Buat saya juga tidak mudah dan
perlu proses! Apakah Saudara berpikir bahwa saya begitu rohaninya dan langsung
saja dengan mudah memberi? Tidak, tetapi mengalami proses. Namun ketika
diproses saya menurut saja. Justru yang bermasalah adalah ketika diproses dan
tidak mau menurut. Sangat disayangkan ada pengkotbah-pengkotbah yang
mengeluarkan pernyataan yang seolah-olah memperlunak atau memperingan arti dari
buah sulung. Ada yang berkata bahwa yang dimaksud buah sulung itu adalah buah
bungaran yang artinya hanya sejumput! Kalau hanya sejumput, maka berkat yang
diterima pun hanya sejumput saja! Tetapi bagi yang memberikan seluruhnya, maka
lumbung-lumbungnya akan diisi penuh sampai melimpah-limpah dan bejana
pemerahannya akan meluap dengan air buah anggurnya. Bagaimana mau menerima yang
sebesar ini tetapi memberinya hanya sejumput? Ini memang tidak mudah, oleh
sebab itu perlu diproses! ”Memang bagi manusia tidak mungkin,
tetapi bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin.”
Kesaksian:
Selama
diproses selama 5 – 6 bulan pada waktu yang lalu, saya diperlemah oleh Tuhan
untuk dibawa naik ke tempat yang lebih tinggi. Dan sekarang itu sudah selesai
dan dengan sayap baru, paruh baru dan cakar yang baru saya naik lebih tinggi
bersama Tuhan. Sekarang saya perhatikan jika misalnya sedang
mempersiapkan khotbah tentang 15 langkah untuk sesuatu, namun kadang-kadang
hanya menyampaikan 1 langkah saja, lalu Tuhan stop. Jadi tidak harus
mengkhotbahkan semua langkah-langkah tersebut, sehingga Saudara juga tidak tahu
bahwa harusnya ada 15 langkah. Tetapi kalau 1 langkah saja sudah cukup dan kita
semua sudah diberkati, maka cukuplah itu dan lain kali mungkin disambung lagi.
Kalau harus seperti yang tadi misalnya semua langkah dikhotbahkan, lebih baik
menjadi dosen dan membuat buku saja. Sekarang saya tahu bahwa yang penting
adalah kebutuhan kita terjawab, sehingga Saudara pulang dengan diperbaharui dan
Saudara pun berubah.
Kalau
misalnya saya uraikan semua, misalnya ke 15 langkah-langkah tersebut, belum
tentu itu mengubahkan Saudara atau Saudara mengikuti semua langkah-langkah yang
saya kotbahkan. Sekarang saya sudah lebih mengerti tentang hal itu. Yang
penting adalah apa yang menjadi kebutuhan Saudara sudah terpenuhi, supaya
Saudara bisa berubah! Kalau Saudara sekedar tahu namun tidak berubah,
saya sedih dan Tuhan pun sedih. Bahkan nanti saya akan ditanya oleh
Tuhan, ”Kamu
khotbah apa? Kamu kan sudah Aku beritahu supaya berhenti, tetapi kamu terus!
Itu buktinya pada bosan dan ngantuk semuanya!”. Yang tadinya
bisa diingat selama 1 bulan, begitu keluar ruang ibadah dan ditanya, ”Apa tadi
khotbahnya?”,
ternyata jawabannya, ”Tidak
tahu ya...Saya jadi pusing dan ngantuk. Saya terjaga karena mulai puji-pujian
tadi”. Sekarang
saya mau bertanya, apakah Saudara semua diberkati? Amin!
Khotbah Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar