SHARING SUPPLEMENT
SEPTEMBER #4 2012
KETIDAKJUJURAN
Kejujuran.
Satu kata yang sangat didambakan oleh setiap orang, namun setiap orang juga
menemukan sering kali sulit untuk jujur setiap saat. Siapapun tidak suka dibohongi atau
ditipu. Siapapun mengharapkan orang lain
jujur pada kita. Sayangnya kita sering
menemukan bahwa banyak sekali orang berlaku tidak jujur: berkata “A” pada satu
sisi tetapi melakukan “B” pada kenyataan yang lain. Tetapi yang paling ironis adalah bahwa lebih
banyak lagi orang yang tidak jujur kepada dirinya sendiri. Alasan mengapa
sampai hal tersebut terjadi (ketidakjujuran) pun beragam.
Mari
kita mempelajari mengenai ketidakjujuran sesuai dengan Firman TUHAN.
1. Ketidak-jujuran adalah kekejian bagi TUHAN.
Amsal
20:23 berkata, “Dua macam batu timbangan adalah kekejian bagi TUHAN, dan necara serong
itu tidak baik.” Ayat ini
mengambil pengandaian dari situasi dimana seorang pedagang menggunakan dua
macam alat timbangan yang berbeda ketika berjualan di pasar. Menggunakan neraca yang berbeda, terlebih
yang sudah diubah dari standarnya merupakan gambaran bagaimana hal tersebut
sama dengan orang yang tidak jujur tingkah lakunya.
Ketidakjujuran
dapat merusak hingga ke bagian yang paling dalam, dalam kehidupan
seseorang. Ketidakjujuran – apalagi
dilakukan terus-menerus – dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang tidak
dapat dipercaya. Orang yang melakukan
ketidakjujuran pasti tahu dengan pasti bahwa yang dilakukannya salah, namun
mengeraskan hati sedemikian rupa sehingga merusak dirinya sendiri. Hal ini dapat membuat dia tidak dapat lagi
memandang dirinya sendiri dengan benar.
Diapun akan menjadi kesulitan untuk membangun hubungan yang tulus dan
baik dengan orang lain karena manusia cenderung untuk menilai sesamanya
sebagaimana ia menilai dirinya sendiri.
Kalau seseorang terus-menerus melakukan ketidakjujuran maka ia pun akan
memandang bahwa semua orang tidak ada yang jujur.
Bertindak
jujur artinya integritas, yaitu antara perkataan dan perbuatan merupakan
satu-kesatuan. Tindakan, perkataan dan
pikiran kita, dimana saja dan kapan saja selalu sejalan. Orang tidak melihat pribadi kita yang berbeda
saat kita di pekerjaan/pelayanan ataupun saat kita di rumah/pribadi. Jangan sampai kita hidup dalam standar
ganda/bermuka dua; itu adalah kekejian bagi TUHAN.
2. Ketidak-jujuran berawal dari motivasi yang salah.
Amsal
21:2 berkata, “Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi
TUHAN-lah yag menguji hati.”
Kita mungkin bisa saja mencari alasan pembenaran atas ketidakjujuran
kita. Itulah kecenderungan manusia pada
umumnya: mencoba untuk membenarkan tindakan salahnya (“lurus menurut
pandangannya sendiri”). Tetapi TUHAN
yang kita sembah dalam YESUS KRISTUS menguji motivasi dan hati kita. Itulah sebabnya sebagai anak-anak TUHAN,
sebelum mengambil tindakan apapun, baiklah kita berhikmat dan berpikir: “apakah
TUHAN akan berkenan atau tidak dengan alasan mengapa saya lakukan hal ini
?” Karena apa logis menurut kita, belum
tentu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh TUHAN.
Salah
satu pembicara dalam Gereja pernah berkata, siapa diri kita sebenarnya adalah
saat kita benar-benar sendirian dan tidak ada orang yang melihat. Pada momen kesendirian itulah tampak jati
diri kita yang sebenarnya.
Pertanyaannya: apakah pada momen itu, pribadi kita tetap sama dengan
pribadi kita yang kita tunjukkan di hadapan banyak orang? Mari kita mulai jujur dengan diri kita
sendiri dan juga jujur di hadapan TUHAN.
TUHAN menginginkan kita menjadi pribadi yang utuh, baik, bersih dan
benar dihadapanNya dan dihadapan semua orang.
Amin. (CS/2012)
Bagikanlah kisah dan kesaksian andakepada
kami melalui e-mail:
- SAAT TEDUH
- Hari Ke-1
- Senin, 17 September 2012
- Ayub 1
- 1. Siapakah Ayub? Dan bagaimanakah kehidupannya di hadapan Tuhan?
- 2. Bagaimanakah kehidupan kerohanian keluarga Ayub?
- 3. Hal-hal apakah yang terjadi dalam hidup Ayub?
- 4. Bagaimanakah respon Ayub ketika mengalami banyak hal yang buruk terjadi dalam kehidupannya?
- Hari Ke-2
- Selasa, 18 September 2012
- Ayub 2
- 1. Apakah isi pembicaraan antara Tuhan dan Iblis?
- 2. Apakah yang terjadi pada hidup Ayub yang berkaitan dengan tubuh jasmaninya?
- 3. Bagaimanakah respon isteri Ayub ketika melihat suaminya mengalami kejadian yang buruk?
- 4. Siapa sajakah yang datang menjenguk Ayub?
- Hari Ke-3
- Rabu, 19 September 2012
- Ayub 3-4
- 1. Apakah yang dikeluhkesahkan oleh Ayub? Apakah yang dikutukinya?
- 2. Apakah yang menjadi teguran Elifas kepada Ayub?
- 3. Menurut Anda, apakah berat penderitaan yang dialami oleh Ayub?
- 4. Jika kita mengalami proses dan ujian, apakah kita masih bisa bersyukur kepada Tuhan?
- Hari Ke-4
- Kamis, 20 September 2012
- Ayub 5-6
- 1. Apakah pendapat Elifas tentang Tuhan?
- 2. Dalam hal apa sajakah Tuhan meluputkan kita dari malapetaka?
- 3. Apakah dampak dari orang yang melalaikan kasih sayang kepada sesamanya?
- 4. Bagaimanakah sikap Ayub kepada saudara-saudaranya?
- Hari Ke-5
- Jumat, 21 September 2012
- Ayub 7-8
- 1. Mengapakah hidup itu dikatakan berat oleh Ayub?
- 2. Ps.6:17. “Apakah gerangan manusia, sehingga dia Kauanggap agung, dan Kau perhatikan,..” Apakah kita menyadari bahwa hidup kita berharga di mata Tuhan?
- 3. Apakah pendapat Bildad yang disampaikan kepada Ayub?
- 4. Apakah perbedaan orang yang mencari Allah dan orang yang melupakan Allah?
- Hari Ke-6
- Sabtu, 22 September 2012
- Ayub 9-10
- 1. Apakah sifat-sifat Allah yang ditulis dalam pasal 9?
- 2. Bagaimanakah Ayub melihat dirinya sendiri di hadapan Allah?
- 3. Bagaimanakah Ayub melihat Tuhan bekerja di dalam hidupnya?
- 4. Ketika kita belum mengalami jalan keluar dari masalah yang kita hadapi, apakah pernah kita menyalahkan Tuhan atas apa yang kita alami?
- Hari Ke-7
- Minggu, 23 September 2012
- Ayub 11-12
- 1. Apakah yang dianjurkan Zofar kepada Ayub?
- 2. Bagaimanakah Ayub melihat dirinya sendiri di hadapan kenalan-kenalannya?
- 3. Pada siapakah terdapat sumber hikmat dan kekuatan, pertimbangan dan pengertian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar