RENUNGAN KHUSUS
GO TO THE NEXT LEVEL DI TAHUN AYIN GIMEL
Kita sudah berjalan di musim yang baru. Tahun Ayin Beth telah kita
tinggalkan sejak tanggal 16 September malam, dan sekarang kita berada di tahun
Ayin Gimel (Tahun Ibrani 5773). Usia Gereja kita pun sudah beranjak dari 24
tahun di tanggal 4 September 2012, berjalan ke 25 tahun. Kita sedang
menyongsong perubahan yang sangat besar di musim baru.
Tahun Ayin Gimel digambarkan dengan hurup Ayin (angka 70 – gambar
mata) dan hurup Gimel (angka 3). Hurup Gimel digambarkan seperti seekor unta.
Namun juga dimaknai sebagai kaki yang bergegas/berlari. Secara sederhana
memiliki arti kaki yang bergegas untuk menolong orang miskin. Ini berbicara
belas kasihan dan kepedulian kepada Saudara yang miskin untuk segera ditolong
dengan tindakan konkrit. Namun juga di sisi lain, Allah mengirim unta untuk
datang kepada kita. Kedatangan unta membawa “muatan” berkat Tuhan yang datang
bagi kita. Itu “surprise” dari Tuhan bagi orang yang setia berjalan dalam
rancangan-Nya. Chuck
Pierce memaknai
Ayin Gimel adalah masa “menyeberang” dari pemulihan kepada kepenuhan hidup
(From Recovery into fullness).
Secara khusus tentang musim baru di tahun Ayin Gimel, Gembala
Pembina menyampaikan apa yang diterima dari Tuhan, yaitu “Go to the Next Level.” Kita
dapat melihat kesejajaran makna dari Tahun Gimel ini. Tuhan sudah mentargetkan
kita Gereja-Nya untuk naik ke level yang lebih tinggi lagi dalam master plan
Tuhan di musim baru. Karena itu Dia melepaskan berkat yang “dibawa unta” untuk
memfasilitasi kita dapat melangkah ke level yang lebih unggul. Dan orang yang
mendapat kepercayaan besar dari Tuhan untuk mengelola “harta yang dibawa unta”
adalah orang-orang yang hatinya peduli dan berbelas kasihan untuk menyalurkan
dan mendaya-gunakannya bagi menyelamatkan orang miskin. Baik dalam arti materi,
maupun spiritual. Kita sedang menyongsong terwujudnya penuaian terbesar yang
belum pernah terjadi di dalam sejarah gereja sebelumnya, yaitu “Penuaian satu
milyar jiwa.” Untuk itu diperlukan, baik dana yang besar untuk membiayainya
maupun belas kasihan untuk kerinduan menjangkau jiwa yang terhilang dan siap
membayar harganya, juga perubahan gaya hidup dan sikap hati yang sesuai.
Dalam meresponi apa yang akan Tuhan lakukan atas Gereja-Nya, kita
secara individu, maupun secara bersama sebagai Gereja-Nya, harus menyiapkan
diri. Kita harus memiliki mental dan sikap hati untuk “Go to the Next Level.”
1. Sikap hati : ‘go deeper”
Beberapa hari ini saya terus merenungkan tentang : “go to the next level”. Terms itu bermakna bahwa
kita akan dibawa Tuhan menapaki suatu level “baru”; artinya level yang sebelum
itu kita belum pernah ada di situ. Berarti saat ini kita sedang berada di suatu
fase transisi. Kita harus beranjak “meninggalkan” level yang selama ini kita
huni; menuju ke level yang akan kita huni selanjutnya. Ketika Tuhan hendak
membawa kita ke level baru kita, kita perlu mengenali bahwa momentum peralihan
itu tiba. Kita harus mengenali gejala-gejalanya. Rajawali adalah contohnya.
Rajawali mengenali tibanya masa itu bagi hidupnya. Tanda-tandanya
adalah :
• paruh dan cakar membengkok;
• bulu-bulunya menebal.
Pengaruh
langsungnya adalah kekuatan dan ketangkasannya merosot ; yang jika hal ini dibiarkan terus akan menjadikan dia
tidak berdaya dan mati. Rajawali menyadari, bahwa hidupnya sudah tidak
seefektif dulu lagi; yaitu ketika paruhnya masih lurus dan bulunya masih tipis.
Jadi dia punya dua pilihan:
• mau memasuki masa transisi ke arah satu fase baru (renewal life)
• atau menyerah saja; biarkan saja; menyongsong proses di mana ia
akan makin lama makin lemah untuk akhirnya mati pelan-pelan
Untuk siap masuk ke fase baru harus melalui masa peralihan yang
merupakan sebuah proses tidak ringan. Rajawali harus mematahkan paruh dan
cakarnya sendiri (bukan dipatahkan oleh rajawali lain) ; artinya dengan sadar
melewati masa peralihannya yang menyakitkan itu - demi satu masa depan yang
luar biasa.
Ini adalah pesan bagi kita-kita yang sudah ‘lama’ ikut Tuhan dan
melayani Tuhan. Kita memang setia melayani Tuhan selama ini; sampai pada saat
ini; tidak murtad dan sebagainya. Tetapi tanpa sadar, dengan berlalunya waktu,
banyak dari kita yang mulai:
• Sudah tidak se “tajam” dulu (seperti rajawali yang paruh dan
cakarnya bengkok) ; kobaran semangat rohani kita sudah mulai padam; dan
akhirnya tidak se ‘powerful’ dulu.
• Sudah tidak setangkas atau selincah dulu (seperti rajawali yang
bulunya menebal); sehingga tidak se-spontan atau se-responsif dulu ketika
mendengar / menerima perintah-perintah Tuhan atas kita, maupun dari otoritas di
atas kita.
Memasuki masa depan yang luar biasa; yang ditandai oleh kegerakan
Roh Kudus yang besar; Allah menawarkan kepada kita supaya menjadi seperti
rajawali ; seperti dikatakan oleh Daud: “…masa
mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali”(Mazmur 103:5)
Konsekuensinya adalah :
• menarik diri dari “keramaian dunia” ;
• naik ke gunung Allah
• dan bertekun dengan setia sampai prosesselesai
menyerahkan
diri untuk dibaharui oleh Tuhan; supaya kekuatan dan ketangkasan kita
diremajakan kembali seperti ketika kita mula-mula dengan berapi-api mulai
melayani Tuhan. Baharui janji kita; baharui komitmen kita; baharui roh kita;
baharui gereget/gairah kita kepada pergerakan yang sedang ada di depan kita
ini! Tuhan Yesus sedang membukakan anugerah ini bagi kita.
Ketika dalam pertemuan doa di SICC tanggal 1 September 2012;
suasana rohani dan hadirat Tuhan yang turun saat itu sangat terasa mendorong
setiap orang ke arah ‘masa menarik diri.’ Hal itu terjadi itu sangat pekat; dan
apa yang saya rasakan itu adalah: ‘the atmosphere of Thy Glory’; seolah-olah
Tuhan sedang mengilustrasikan kepada kita; suasana seperti apa yang menanti;
yang bakal kita alami ketika kita memasuki ‘masa menarik diri’ itu.
Apakah yang akan terjadi ketika kita telah melewati “masa menarik
diri “ seperti burung rajawali itu? Keintiman dan intensitas berdiam diri kita
di dalam DIA; akan membuahkan suatu level of humbleness baru; dan humbleness
itu adalah persiapan untuk berjalan dalam level kemuliaan Tuhan yang baru.
2. Sikap hati: “go passion”
Memasuki minggu ke 2 perenungan visi “go to
the next level”, Tuhan terus mengingatkan tentang ‘the
power of love’; bahwa karya atau tingkat operasional kita itu tidak bisa diperluas
oleh Tuhan kalau kita tidak bertumbuh dalam kasih. Maksudnya, semua karya kita,
buah kehidupan kita; itu haruslah merupakan produk atau ekspresi yang lahir
karena dorongan kasih. Jadi jika kasih itu tidak membesar, maka produk atau
ekspresinya juga tidak bisa membesar; atau kalau toh membesar maka itu bukanlah
produk dari kasih.
Tuhan akan memperbesar kasih kita kepada sesama; memperbesar belas
kasihan kepada orang-orang yang kelaparan dan kemiskinan (jasmani maupun
rohani). Akan timbul satu level baru belas kasihan terhadap sesama. Dilain
pihak, akan ada lebih banyak orang yang mengerumuni / mengelilingi kita yang
merupakan obyek ekspresi kasih itu; dan itu akan melipat gandakan buah-buah
kehidupan kita.
Saya sudah mulai mengalami itu; adanya atau datangnya ‘orang-orang
baru’ yang merupakan obyek perbuatan kasih – yang melintasi rel kehidupanku.
Seperti sebuah kereta api ekonomi yang banyak kali berhenti di stasiun-stasiun
pedesaan yang kecil. Sekarang jadi semakin sering harus ‘berhenti’; mengamati ‘siapa
itu’ yang sedang menantikan kita di tepian rel kehidupanku; seolah-olah (atau
memang?) sedang menungguku lewat di situ.
Lebih jelas lagi, akan ada lebih banyak lagi orang yang perlu
pertolongan ; yang dikirim oleh Tuhan kepada kita. Orang-orang yang dulunya
tidak ada dalam perbendaharaan kehidupan kita ; tidak ada dalam kamus kita;
atau bahkan mungkin dulu bukan kenalan kita; tiba-tiba seolah-olah berdiri di
hadapan kita; dan menyatakan kepada roh kita bahwa dia atau mereka perlu
ditolong. Satu tantangan rohani; tolong atau tidak? Kita digerakkan oleh apa
dalam menanggapinya? Allah sedang memperbesar kapasitas kasih. Jangan ditahan,
bebaskan apa yang Tuhan gerakkan di hati kita.
3. Sikap hati: “go humble”
Dan apa yang terjadi kemudian? Semakin banyak ‘karya kita’ semakin
kita akan merasa bukan apa-apa di hadapan Tuhan. Roh ‘humbleness’ akan
mengarungi hati kita buat terus merasa bukan apa-apa ; ketika sedang melakukan
semuanya itu, bahkan ketika hasilnya membuat banyak orang berdecak kagum. Kita
faham dan sadar, itu bukan saya. Tuhan. Itu semuanya tentang Tuhan Yesus, bukan
diri saya.
Perluasan kesempatan buat berkarya (melakukan perbuatan kasih)
dalam kenyataan nya dilihat oleh khalayak ramai sebagai adanya tingkat
kepercayaan baru, perluasan pengurapan teritorial baru ; level otoritas baru,
yang membawa kita kepada suatu tingkat atau dimensi yang baru dalam peranan dan
pengaruh kita di tengah-tengah pecaturan komunitas, bangsa atau dunia; dan itu
sangat meninggikan ‘martabat’ kita secara sosial.
Konsekuensi dari pada ‘meningginya martabat’ itu adalah seperti
sebuah pohon yang tinggi. Makin tinggi pohonnya maka makin kencang terpaan
angin yang dialaminya. Angin itu bisa merupakan badai yang membinasakan, bisa
juga merupakan tiupan udara yang semilir yang membuat kita terlena. Dua-dua nya
tidak lah membangun kita. Jika Tuhan meninggikan kita, membawa kita kepada ‘the new level of authority’ maka kita
akan mengalami terpaan angin sebagai pohon yang tinggi tadi. Apa yang harus
kita lakukan; atau yang tetap menjamin keselamatan kita agar bisa selamat,
adalah:
• Humbleness, yang membuat kondisi rohani kita terjaga untuk tidak
terkecoh/terlena oleh pujian/sanjungan orang.
• Depth, di mana kedalaman rohani memperkuat pegangan kita kepada
Tuhan ketika angin datang dalam bentuk yang mau membinasakan semangat,
ketekunan kita dalam menjunjung hal-hal yang Tuhan percayakan kepada kita.
Pohon yang tinggi hanya bisa bertahan terhadap badai, jika dia
berakar jauh ke dalam tanah. Kedalaman rohani kita yang ‘mendalam’ itu akan
mengikat erat hati kita kepada Tuhan; itu yang terus akan menjaga motivasi dan
kerinduan yang ilahi memenuhi hati kita.
Selanjutnya, pengurapan yang kemudian mewujud nyata dalam ‘karunia
Roh’ akan selalu menyertai setiap tindakan di level itu. Hal-hal yang secara
natural kita lakukan akan disertai campur tangan Tuhan sehingga setiap
perbuatan kasih kita itu tidak hanya memiliki nilai atau dimensi materi ;
tetapi lebih dari pada itu - menghadirkan nilai Ilahi juga bagi para penerimanya;
yaitu mereka sedang melihat ‘tangan Allah’ terulur kepada mereka.
Tuhan sedang mengajak kita berjalan di musim yang baru dalam
dimensi yang berbeda. Karena itu bawa hati kita dan bangun gaya hidup: go deeper, go passion, dan go humble seperti
yang Tuhan ingin dari kita. Itulah persiapan untuk mengalami ‘go to the next level’ di musim
yang baru. Tuhan Yesus memberkati.
[MG]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar