SHARING SUPPLEMENT
SEPTEMBER #4 2012
KETIDAKJUJURAN
Kejujuran.
Satu kata yang sangat didambakan oleh setiap orang, namun setiap orang juga
menemukan sering kali sulit untuk jujur setiap saat. Siapapun tidak suka dibohongi atau
ditipu. Siapapun mengharapkan orang lain
jujur pada kita. Sayangnya kita sering
menemukan bahwa banyak sekali orang berlaku tidak jujur: berkata “A” pada satu
sisi tetapi melakukan “B” pada kenyataan yang lain. Tetapi yang paling ironis adalah bahwa lebih
banyak lagi orang yang tidak jujur kepada dirinya sendiri. Alasan mengapa
sampai hal tersebut terjadi (ketidakjujuran) pun beragam.
Mari
kita mempelajari mengenai ketidakjujuran sesuai dengan Firman TUHAN.
Ketidakjujuran
dapat merusak hingga ke bagian yang paling dalam, dalam kehidupan
seseorang. Ketidakjujuran – apalagi
dilakukan terus-menerus – dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang tidak
dapat dipercaya. Orang yang melakukan
ketidakjujuran pasti tahu dengan pasti bahwa yang dilakukannya salah, namun
mengeraskan hati sedemikian rupa sehingga merusak dirinya sendiri. Hal ini dapat membuat dia tidak dapat lagi
memandang dirinya sendiri dengan benar.
Diapun akan menjadi kesulitan untuk membangun hubungan yang tulus dan
baik dengan orang lain karena manusia cenderung untuk menilai sesamanya
sebagaimana ia menilai dirinya sendiri.
Kalau seseorang terus-menerus melakukan ketidakjujuran maka ia pun akan
memandang bahwa semua orang tidak ada yang jujur.
Bertindak
jujur artinya integritas, yaitu antara perkataan dan perbuatan merupakan
satu-kesatuan. Tindakan, perkataan dan
pikiran kita, dimana saja dan kapan saja selalu sejalan. Orang tidak melihat pribadi kita yang berbeda
saat kita di pekerjaan/pelayanan ataupun saat kita di rumah/pribadi. Jangan sampai kita hidup dalam standar
ganda/bermuka dua; itu adalah kekejian bagi TUHAN.
Salah
satu pembicara dalam Gereja pernah berkata, siapa diri kita sebenarnya adalah
saat kita benar-benar sendirian dan tidak ada orang yang melihat. Pada momen kesendirian itulah tampak jati
diri kita yang sebenarnya.
Pertanyaannya: apakah pada momen itu, pribadi kita tetap sama dengan
pribadi kita yang kita tunjukkan di hadapan banyak orang? Mari kita mulai jujur dengan diri kita
sendiri dan juga jujur di hadapan TUHAN.
TUHAN menginginkan kita menjadi pribadi yang utuh, baik, bersih dan
benar dihadapanNya dan dihadapan semua orang.
Amin. (CS/2012)
Bagikanlah kisah dan kesaksian andakepada
kami melalui e-mail:
- Saat Teduh
- Hari Ke-1
- Senin, 24 September 2012
- Ayub 13-15
- 1. Apakah pembelaan Ayub kepada Tuhan?
- 2. Bagaimana kehidupan manusia di muka bumi?
- 3. Apakah pendapat Elifas tentang orang fasik?
- 4. Siapakah yang dimaksud dengan orang fasik itu? Bagaimanakah karakter orang fasik itu?
- Hari Ke-2
- Selasa, 25 September 2012
- Ayub 16-17
- 1. Apakah yang dikeluhkan Ayub kepada Allah?
- 2. Bagaimanakah semangat Ayub ketika mengalami ujian demi ujian dalam kehidupannya?
- 3. Apakah kita sudah merasa putus asa dan hilang harapan ketika kita melewati setiap ujian di depan kita? Masihkah kita tetap percaya kepada Tuhan?
- Hari Ke-3
- Rabu, 26 September 2012
- Ayub 18-19
- 1. Apakah pendapat Bildad tentang orang fasik?
- 2. Hal-hal apakah yang dialami oleh orang yang berlaku fasik dalam kehidupannya?
- 3. Saat Ayub menghadapi ujian dan pergumulan hidup, apa sajakah yang ia alami?
- Hari Ke-4
- Kamis, 27 September 2012
- Ayub 20-21
- 1. Apakah pendapat Zofar tentang orang fasik?
- 2. Apa sajakah yang dilakukan orang fasik kepada orang miskin?
- 3. Apakah pendapat Ayub tentang orang fasik?
- 4. Apakah pendapat Ayub kepada teman-temannya yang menghiburnya?
- Hari Ke-5
- Jumat, 28 September 2012
- Ayub 22-23
- 1. Apakah yang dianjurkan Elifas kepada Ayub?
- 2. Apakah yang akan terjadi kalau seseorang datang bertobat dan mengandalkan Tuhan dalam hidupnya?
- 3. Mengapa Ayub ingin membela diri di hadapan Tuhan?
- 4. Bagaimanakah kehidupan kerohanian Ayub di hadapan Tuhan?
- Hari Ke-6
- Sabtu, 29 September 2012
- Ayub 24-27
- 1. Apakah pendapat Bildad mengenai kehidupan manusia di hadapan Tuhan?
- 2. Apakah yang menjadi bagian orang fasik yang ditentukan Allah?
- 3. Komitmen apakah yang dibuat oleh Ayub?
- Hari Ke-7
- Minggu, 30 September 2012
- Ayub 28-29
- 1. Dengan cara bagaimanakah dan di manakah kita mendapatkan hikmat?
- 2. Mengapa hikmat itu penting untuk kita peroleh?
- 3. Apakah yang menjadi kerinduan Ayub yang pernah ia alami sebelumnya?
- 4. Pelayanan apa sajakah yang dilakukan oleh Ayub?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar