HIDUP DALAM KUASA
KEBANGKITAN KRISTUS
“...supaya, sama seperti
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu
dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan
apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. “ (Roma 6:3-5)
WARISAN KUASA KEBANGKITAN
Hari Raya Paskah baru saja kita lewati. Kebangkitan Tuhan Yesus
disaksikan oleh para murid yang dikunjungi-Nya berulang kali dalam kurun waktu
40 hari sebelum kenaikan-Nya ke Surga. Kebangkitan Tuhan Yesus TELAH mewariskan
kuasa kebangkitan kepada kita. Yesus telah bangkit, jadi kitapun harus bangkit.
Kuasa yang
membangkitkan-Nya dari kematian, menjadi kuasa yang bekerja di dalam kita.
Kemuliaan yang mengangkat Yesus naik ke surga menjadi kemuliaan yang menaungi
kita.
Secara hak, semua itu sudah menjadi milik kita, namun untuk
mewujudkan kebenaran itu sebagai pengalaman yang nyata, kita harus melangkah
bersama-Nya mengikuti tuntunan-Nya. Inilah yang firman Tuhan katakan: “Supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kemuliaan Bapa (kuasa
kebangkitan-Nya), demikian jugalah kita akan hidup dalam hidup yang baru.”
Apakah yang kita tangkap dari keinginan Tuhan dalam ayat tersebut?
Apakah kita setuju dengan keinginan-Nya ini? Apakah kita sungguh-sungguh
menginginkan hal ini terjadi atas hidup kita? Bahwa hidup kita senantiasa
berada di dalam kuasa kebangkitan Yesus, sehingga sama seperti Kristus ......
oleh kemuliaan Bapa, kita juga sekarang hidup oleh kuasa yang sama. Ketika
rasul Paulus mengatakan: “supaya…..,” itu artinya manifestasinya memang belum langsung terjadi, namun
praktis dapat segera terjadi. Kuasa kebangkitan Yesus menjadi kenyataan praktek
hidup kita setiap hari. Karena itu kita harus memutuskan untuk setuju,
mengikuti tuntunan-Nya, dan melangkah di dalam apa yang Tuhan sedang kerjakan.
SETELAH KRISTUS BANGKIT
Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa.
Itulah yang telah terjadi, dan hal itulah yang Tuhan wariskan agar menjadi
pengalaman kita. Apakah
yang firman Tuhan katakan mengenai kebangkitan Yesus? “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara
orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab
kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya,
dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.” (Roma 6:9,10).
“Barangsiapa menang, ia
akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun
telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (Wahyu
3:21). Kebenaran-kebenaran apakah yang terkandung di dalamnya?
Renungkanlah fakta kebangkitan Tuhan Yesus ini:
• Kematian
tidak berkuasa atas diri-Nya.
• Berada
dalam alam kemuliaan surgawi.
• Sebagai
Pribadi yang telah menaklukkan iblis secara mutlak.
• Sebagai
pemegang otoritas atas segala yang ada.
• Menantikan
kepenuhan saatnya; bahwa segala yang ada di bumi akan bertekuk lutut di hadapan-Nya, mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan.
Sebagai Raja segala raja, Dia akan mengajak
kita, orang-orang yang mengasihi-Nya dengan murni, untuk memerintah bersama
dengan-Nya.
Sebagaimana Kristus telah bangkit, demikianlah sekarang kita hidup
di dalam Dia. Camkan kembali firman-Nya: “Supaya
sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian jugalah kita akan hidup dalam hidup yang baru. Jadi jika kita
telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.
…. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa,
tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Roma 6:8,11).
MATI BERSAMA KRISTUS
Kristus telah bangkit, kitapun harus bangkit. Karena itu kita
harus mengerti prinsip yang berlangsung di dalamnya: tidak ada kebangkitan
tanpa kematian. Kuasa kebangkitan adalah hasil yang diraih, namun kematian oleh
salib adalah benih yang harus ditabur terlebih dahulu. Sebelum mengalami kuasa
kebangkitan, kita harus mengalami salib. Ketika kita ada di dalam Kristus,
memang sesungguhnya kita dipersatukan dengan kematian-Nya. Namun untuk melihat
manifestasi kuasa kebangkitan nyata di dalam kita, kita harus dipersatukan
dengan pengalaman kematian Kristus itu terlebih dahulu. Kita mengalami dan merasakan salib seperti Yesus.
Apakah yang firman Tuhan katakan mengenai hal ini? “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis
dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Sebab jika kita telah menjadi
satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu
dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Jadi jika kita telah mati dengan
Kristus, ….” (Roma 6: 3,5,8). Kata-kata: “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya...” bukan
hanya sebagai pengetahuan teori atau sekedar pengakuan iman, melainkan kita
merelakan diri kita untuk mengalami dan merasakannya dalam hidup kita. Kita
masuk ke dalam pengalaman yang kongkrit kenyataan pengalaman salib.
Yesus berkata: “....Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.” (Matius
16:24,25).
Kepenuhan manifestasi kuasa kebangkitan adalah sejajar dengan
pengalaman kematian Yesus di dalam kita. Kita harus melewati tahapan kematian
ego manusia lama,seperti tahap kematian Kristus, supaya lewat kematian manusia
lama, kebangkitan yang sama dengan kebangkitan Yesus terwujud. Itulah yang
Paulus inginkan, yaitu “mengenal
kuasa kebangkitan-Nya dan dipersatukan dengan kematian Kristus.” (Filipi 3:
10).
Apakah yang terjadi ketika kuasa salib mematikan tubuh dosa kita?
Sebagaimana Yesus mengalaminya sejak di Taman Getsemani, kitapun dibawa untuk
mengalami hal yang serupa. Kejadian yang berikut ini adalah pengalaman salib yang mungkin akan kita alami:
• Sebagai
orang yang benar, tidak melakukan kejahatan apapun, namun divonis sebagai yang
jahat.
• Mengalami
perlakuan tidak adil: dipersalahkan dan dijadikan korban akibat kepentingan
orang lain.
• Tertolak
dan terkucil sendirian, dan tidak ada orang yang peduli.
• Dipandang
seperti orang berdosa/hina dan dihindari orang.
• “Dipenjara” dan direndahkan, padahal sudah setia melakukan kewajiban.
• Dalam
ijin Tuhan “menjadi
bangkrut” sehingga
merasa lemah dan miskin.
Apakah Anda pernah berada di posisi seperti ini? Yesus telah
melewati semua itu.
SIKAP YANG BENAR
Apakah yang harus kita lakukan pada saat mengalami salib?
Deklarasikan kata sepakat kepada Tuhan setiap kali kita harus mengalami yang
serupa dengan salib Kristus. Katakan:“Aku berserah dalam
ketidak-mengertianku, kehendak-Mu-lah yang jadi, rancangan-Mu-lah yang terwujud
dalamku.” Bahkan
Paulus memberi teladan didalam ia menginginkan agar ‘dipersatukan dengan kematian Kristus’ itu menjadi pengalamannya. Ketika merelakan salib dan sepakat
dengan apa yang Tuhan izinkan “menimpa” hidup kita, maka tahapan itu akan cepat kita lalui. Kita akan
lebih cepat menyelesaikan ujian dan proses yang harus kita jalani.
Ketika salib sedang berproses atas kita, posisikan diri sebagai
sebagai orang yang telah memiliki kuasa kebangkitan, yaitu keyakinan bahwa kita
pasti bangkit kembali. Kita menyikapinya dengan memuliakan Tuhan dan
mengikatkan diri kepada target Tuhan. Reaksi natural kita biasanya terkejut,
takut, malu, bertanya-tanya, mencari pembenaran diri, mencari orang yang mau
membela kita, mengasihani diri, dan semacamnya. Jangan tenggelam dalam reaksi
manusiawi yang menuntut keadilan dan merasa menjadi korban. Kita melepaskan hak
kita seperti respon Yesus terhadap proses penyaliban-Nya. Karena itu,
sebagaimana Kristus telah bangkit, kitapun pasti akan bangkit. Muliakan Tuhan
dalam keadaan apapun yang menimpa kita. Pujilah Tuhan atas kesetiaanNya. Apa
yang Tuhan inginkan untuk terjadi sebagai hasilnya, seharusnya menjadi fokus
dan target yang harus kita kejar saat mengalami salib. Melewati salib, kita
diubah jadi emas murni. Kita harus menanggapi dipersatukan dengan kematian
Kristus ini dengan sikap minta dibersihkan dari 3 hal yang mendasar: akar cinta
uang, mementingkan kepentingan diri sendiri, dan kesombongan yang tersembunyi.
Sebagaimana Ayub, ketika melewati masa “salib”nya, dia
memutuskan menjadi emas murni: “Karena
Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.”
(Ayub 23:10,11). Ketika
telah menjadi emas murni, maka kita akan mencintai Tuhan dengan hati yang
murni, tidak ada lagi sisa cinta uang. Urusan uang tidak akan mengganggu apapun
di dalam kita. Kita menjadi
orang yang mengejar kepentingan Tuhan, bukan kepentingan diri sendiri. Perasaan
Tuhan dan pandangan Tuhan menjadi yang lebih utama. Kita tidak sibuk memikirkan
dan mempertahankan harga diri kita, melainkan menjadi rendah hati, rela
ditegur, mudah bertobat, dan peka terhadap godaan untuk menyombongkan diri.
Inilah emas murni yang Tuhan cari dari hati kita. Kuasa salib mengubah kita
menjadi emas murni.
KEBANGKITAN SETELAH SALIB
Kuasa kebangkitan-Nya membuat kita selalu memiliki keberanian dan
pengharapan bahwa kita pasti bangkit kembali. Ketika kita mengalami salib, maka
kita pasti akan mengalami kuasa kebangkitan. “Jika
kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga
akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.”
Pengalaman salib seringkali membuat kita merasa direndahkan
seperti ulat atau cacing. Ketika Tuhan “melemahkan” kita menjadi cacing Yakub atau ulat Israel, maka di dalamnya
terkandung persiapan untuk bangkit kembali menjadi alat Tuhan yang penuh kuasa:
yaitu menjadi papan pengirik yang baru untuk mengirik gunung dan membuat gunung
batu yang menghambat kita hancur menjadi seperti sekam yang terhambur. Yang
lemah dan tak berdaya, oleh kuasa kebangkitan Kristus - dibalikkan menjadi
penuh kuasa dan kemenangan yang gemilang. “Janganlah takut, hai si
cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, ....
Sesungguhnya, Aku membuat engkau menjadi papan pengirik yang tajam dan baru,
dengan gigi dua jajar; engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya,
dan bukit-bukit pun akan kaubuat seperti sekam. Engkau akan menampi mereka,
lalu angin akan menerbangkan mereka, dan badai akan menyerakkan mereka. Tetapi
engkau ini akan bersorak-sorak di dalam Tuhan dan bermegah di dalam Yang
Mahakudus, Allah Israel.” (Yesaya 41:14-16 ).
Apapun yang sedang kita alami, kuasa kebangkitan sudah ada di
dalam kita. Muliakanlah Tuhan dengan apapun yang terjadi atas hidup kita. Orang
yang bersemangat memuliakan Allah akan segera melihat manifestasi kemuliaan
Allah. Keduanya harus lengkap kita alami: Kematian oleh salib, dan pengalaman
manifestasi kebangkitan Krisus. Ketika kuasa kebangkitan-Nya menjadi hidup
kita, kuasa itulah yang menopang sehingga kita menjadi berani (seperti Kristus
berani) melakukan apa yang orang lain takuti. Kita bisa membuang dan
menanggalkan (seperti Kristus menanggalkan) apa yang orang lain pertahankan
mati-matian.
Kuasa kebangkitan Kristus menjadikan kita berotoritas di bumi
untuk mengeksekusikan kuasa kebangkitan-Nya. “Dan
betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan
kuasa-Nya, ....membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di
sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan
penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut,
bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang.”
(Efesus 1:19-21 ).
Kuasa-Nya yang telah bekerja membangkitkan Kristus dari antara
orang mati itu disediakan bagi kita yang percaya. Betapa hebat kuasaNya bagi
kita yang percaya. Kristus telah bangkit, kita juga bangkit. Hiduplah
senantiasa dalam kuasa kebangkitan-Nya. Amin! (MG)