TETELESTHAI (SUDAH SELESAI)


Yohanes 19:29, “Di situ ada sebuah mangkuk penuh dengan air anggur yang asam. Maka sebuah bunga karang dicelupkan ke dalam air anggur itu, dan dicucukkan pada setangkai hisop, lalu diulurkan ke bibir Yesus”. TB (Terjemahan Baru).

Yohanes 19:30, “Yesus mengecap air anggur itu lalu berkata, “Sudah selesai!” Lalu la menundukkan kepala-Nya dan meninggal,” BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari). Istilah penderitaan seperti yang terdapat dalam versi Bahasa Indonesia Sehari-hari, digunakan istilah cawan. Bila demikian maka istilah cawan dalam Terjemahan Baru Indonesia melambangkan penderitaan. Bandingkan Mazmur 75:9.

Sebelum lebih jauh berbicara mengenai  perkataan Tuhan Yesus di atas kayu salib, baiklah kita melihat kembali sebuah pergumulan yang mendahului ungkapan-ungkapan-Nya. Dalam Injil Matius 26:38-39 Yesus berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, “Hati-Ku sedih sekali, rasanya seperti akan mati saja. Tinggallah kalian di sini, dan turutlah berjaga-jaga dengan Aku.” Kemudian Yesus pergi lebih jauh sedikit, lalu la tersungkur ke tanah dan berdoa. “Bapa,” kata-Nya, “kalau boleh, jauhkanlah daripada-Ku penderitaan yang Aku harus alami ini. Tetapi jangan menurut kemauan-Ku, melainkan menurut kemauan Bapa saja.” (BIS)

Yesus dalam kapasitas sebagai manusia, dapat merasakan “kegetiran, kegalauan dan pergumulan yang berat dan mendalam” dari “akibat dosa”. Dalam teks Injil, kita membaca bagaimana Yesus memasuki pergumulan batin, antara menolak atau menerima cawan sebagai lambang penderitaan. Menerima cawan berarti siap untuk menerima kesengsaraan(Yeremia 49:12; Matius 20:22); siap untuk masuk dalam tahap merendahkan diri; siap untuk masuk dalam tahap penghinaan, olokan, ejekan, dan sebagainya. Bahkan menerima cawan berarti siap untuk menggantikan manusia dalam menerima murka Allah yakni salib sebab cawan tersebut berisi murka Allah (Yesaya 51:17; Yeremia 25:15; Wahyu 15:7; 16:1). Bukankah kita yang seharusnya menerima cawan tersebut sebagai lambang penderitaan? Bukankah ke atas kepala kita; cawan yang berisi murka Allah itu sepatutnya dicurahkan?

Yesus dalam kapasitas sebagai Allah telah mengetahui jauh ke depan tentang betapa beratnya penderitaan yang harus la tanggung. Sehingga la berkata kepada Bapa, jauhkanlah kiranya cawan atau penderitaan ini daripada-Ku. Perkataan ini juga berkaitan dengan kapasitasnya sebagai manusia, la tahu bahwa dosa akan membuat diri-Nya tidak dikenali.(Yesaya 52:14).

Pada waktu Yesus di atas kayu salib, kira-kira pukul 9 di mana matahari mulai naik, la meminta pengampunan bagi manusia (Lukas 23:34). Pada waktu jam 12, di mana matahari bersinar paling terik, Dia mengalami kegelapan yang terbesar dan berteriak: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34). Pada waktu pukul 3 sore di mana matahari mulai turun, Dia mengatakan: “Sudah selesai!” (Yohanes 19:30). Ungkapan sudah selesai dalam bahasa Yunani disebut tetelesthai yang artinya it is finished, its complete.

Mungkin saat ini kita sedang dalam masalah yang kita rasakan sebagai  keadaan yang paling kelam dan menakutkan. Hari ini Tuhan Yesus berkata, “Jangan takut, itu sudah selesai.” Jangan kita ditipu oleh kelamnya masalah kita, beratnya tekanan dalam hidup, Dia sudah menyelesaikannya.

Kita perlu mengerti bahwa ketika meneriakkan “eloi eloi lama sabakhtani”, Yesus hendak menunjukkan kepada dunia bahwa “ketika manusia masuk dalam dimensi dosa, maka sesungguhnya Allah dalam dimensi-Nya yang kudus, merasa jijik, atau enggan memalingkan wajah-Nya yang mulia kepada manusia yang berlumuran dosa dan bahkan enggan bersahabat alias meninggalkan manusia”. Dalam dimensi itulah, Yesus mati, darah-Nya tercurah untuk membasuh manusia sehingga kudus dan tak bercacat cela. Dengan demikian, Allah akan menjadi sahabat manusia, kini dan selamanya.

Kembali pada ungkapan “sudah selesai”. Dalam ungkapan ini, terkandung makna bahwa tujuan kedatangan-Nya ke dunia untuk “misi penyelamatan atau penebusan” itu telah selesai. Cawan murka yang seharusnya tertumpah di atas kepala manusia telah ditumpahkan diatas kepala Yesus, yang juga termaktub dalam ungkapan “sudah selesai”, yakni“cawan murka itu telah atau sudah selesai ditumpahkan diatas kepala-Ku atau murka yang ke atas kamu dicurahkan telah atau sudah dicurahkan ke atas-Ku, Aku telah menanggung penderitaanmu.” (Yesaya 53:4-5).

Albert Barnes dalam Note on the Bible berkata, “The meaning sayings Jesus is the work long contemplated, long promised, long expected by prophets and saints, is done ... the declaration of the Saviour reach every heart and affect every soul!” - Ungkapan Yesus “sudah selesai” mengandung makna sebagai suatu proklamasi keselamatan untuk mengangkat setiap dan dan memberi pengaruh bagi setiap jiwa.

Umat Allah yang terkasih, kemuliaan dan kemenangan Allah di dalam Kristus, bukan dinyatakan sesudah Kristus bangkit, tetapi sudah dinyatakan sebelum Kristus menghembuskan nafas yang terakhir, yakni dalam ungkapan “sudah selesai”. Jikalau Kristus mati di dalam kegagalan dan setelah itu baru ada cerita tentang kebangkitan, maka kita boleh ragu-ragu akan kebangkitan dalam Kristus. Tetapi kebangkitan orang percaya dalam Kristus merupakan satu hal yang pasti terjadi, karena sebelum mati Kristus sudah mengatakan: “Sudah selesai!” Ungkapan “sudah selesai” bukan merupakan suatu ungkapan kesudahan dari sebuah kekalahan dan kegagalan perjuangan humanis seperti yang dituduhkan beberapa ahli teologi, juga bukan kesudahan dari sebuah frustrasi seorang tokoh yang gagal dalam misinya.

Ungkapan ini juga bukan berarti ungkapan untuk mengakhiri sebuah misi, bukan masa suram dan masa kegelapan dalam sebuah misi. Teriakan ini seumpama seorang pelari yang mencapai garis akhir dan memenangkan perlombaan. Sepanjang jalan yang letih dan payah di dalam perlombaan yang penuh dengan keringat dan kecapaian di dalam seluruh urat, daging dan seluruh tubuh. Pada waktu melewati saat terakhir, melewati batas akhir, berhentilah segala letih lesu dengan perkataan: “Sudah selesai!” Inilah kalimat teragung yang pernah diucapkan oleh manusia di dalam seluruh sejarah. Di dalam perkataan: “Sudah selesai!”

Tetelesthai merupakan ungkapan pengumuman kemenangan dan akhir penghukuman melalui salib. Oleh karena itu salib bukan tanda kegagalan, frustrasi, penghukuman, dan kekalahan melainkan tanda kemenangan dan pengharapan. Golgota juga bukanlah jalan terakhir, melainkan merupakan proses menuju kemenangan dan keselamatan yang ditandai dengan “kebangkitan Kristus”. Kematian dan kebangkitan Kristus menjadi dasar fundamental iman Kristen. Pasca ungkapan tetelesthai, air mata Anda harus berhenti, beban Anda harus diletakkan, sikap hidup yang pesimis harus berubah menjadi penuh dengan pengharapan, karena Kristus mengatakan kalimat ini di atas kayu salib.

Seringkali kita melewati jalan dan proses salib dalam hidup kita. Namun, ingatlah pada karya Kristus, dimana la telah melewati jalan proses salib itu. Di ujung perjalanan salib, ada keselamatan yang tersedia. Sebagai orang percaya, ketika sedang dalam perjalanan dan proses salib dalam hidup kita, baik proses salib dalam rumah tangga, pendidikan, pernikahan dan lain sebagainya, ingatlah bahwa Tuhan kita pernah bahkan sudah melewati proses salib “keselamatan.” Maksudnya adalah Yesus menjalani proses tersebut dalam ketaatan dan kerendahan hati agar memberi keselematan bagi manusia. Ia bergumul dengan proses tersebut, sampai-sampai Ia berkata, “Ya Bapa, kalau boleh, lalukan cawan/penderitaan ini daripada-Ku”.

Yesus yang adalah Tuhan kita, ketika berhadapan dengan cawan yang berisi murka Allah sebagai lambang penderitaan, tidak memilih “mundur dan menghindar” melainkan menjalaninya. Padahal, penderitaan tersebut seharusnya ditanggung oleh kita, namun la bersedia agar penderitaan kita ditanggungkan ke atas-Nya. Bagaimana? Bersediakah kita, di suatu hari nanti, harus menanggung “persoalan atau hal lain” yang tidak seharusnya kita tanggung namun ditanggungkannya ke atas kita? Atau sedapat-dapatnya menanggung sendiri penderitaan kita, apakah kita akan mundur dan menghindar? Perkataan Yesus “sudah selesai” juga menjadi proklamasi bagi orang berdosa, bahwa dosa dunia sudah selesai ditebus.

Ungkapan ini menandai:
1.     Pembebasan manusia dari dosa
2.     Kemenangan atas kuasa maut
3.     Kehidupan baru dari manusia di dalam Kristus
4.     Dasar harapan baru
5.     Pernyataan kepada Bapa bahwa, “Aku telah selesai menanggung dosa manusia”.
6.     Yesus telah membayar dosa manusia dengan darah-Nya
7.      Yesus telah kembali ke pangkuan Bapa dengan membawa cawan berisi darah-Nya
8.     Yesus telah mengalahkan sengat maut
       
“Hai Maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat maut ialah dosa.......Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
(1 Korintus 15:55-57).
(NB)

Tidak ada komentar:

Translate