RENUNGAN KHUSUS – 18 Agustus 2013
KEKRISTENAN
DAN PATRIOTISME
Merenungkan
Kembali Peran Kita Sebagai Seorang Kristen
dan Warga
Negara Indonesia
“Berbahagialah bangsa, yang Allahnya
ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri.” (Mazmur
33:12)
“Merdeka!” -- satu kata yang
akan selalu dimengerti dan diingat oleh seluruh orang Indonesia. “17 Agustus 1945” -- satu tanggal yang
tidak akan pernah dilupakan oleh siapapun yang menyatakan bahwa Merah-Putih
adalah Bendera Kebangsaan-nya. Bulan Agustus ini adalah bulan yang sangat
berarti bagi kita orang Indonesia karena pada bulan inilah kita semua
memperingati berkat TUHAN yang Ia berikan kepada bangsa kita: kemerdekaan. Satu
pernyataan yang harus kita ingat adalah bahwa kalau Indonesia bisa ada dan
tetap exist hingga saat ini, itu
semua karena TUHAN. TUHAN-lah yang mendirikan Indonesia, dan Ia juga yang akan
tetap menjaga dan memberkatinya. Amin!
Sejarah
bangsa dan negara kita jelas menunjukkan bahwa TUHAN yang kita sembah dalam
nama YESUS memiliki peran yang sangat besar. Mulai dari tahun 1850-an di mana
kaum Kristen Belanda yang masuk dalam Parlemen menuntut Kerajaan Belanda agar
segera memberlakukan “Politik
Balas Budi” kepada
Hindia Belanda, yang pada akhirnya memungkinkan banyak pemuda sekolah/belajar
bahkan hingga ke negeri Belanda itu sendiri. Persekutuan-persekutuan doa di
Belanda mulai bermunculan yang pada akhirnya berkembang menjadi organisasi
kepemudaan yang lintas agama dan suku. Paling terkenal adalah “Indische Vereeninging”
dengan
Ketua Dr. M. Hatta. Sementara di dalam negeri, para pemuda Kristen dari
berbagai organisasi (“Jong
Bond”)
mulai bergerak dalam unity yang berpuncak tahun 1928 dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”, di mana kata “Indonesia” mulai digunakan
secara formal dan lagu “Indonesia Raya” menjadi lagu visi dan cita-cita
kebangsaan. Secara signifikan karya TUHAN pun tampak jelas ketika 18 Agustus
1945, sehari setelah Proklamasi, para pendiri negara bersidang untuk
mem-finalisasi penetapan Dasar Negara maka disepakatilah Sila-1 Pancasila yang
kita tahu sekarang ini dan bukan versi awal yang hanya menitik-beratkan
kepentingan salah satu agama saja. Kalau hari ini kita sebagai orang
Kristen Indonesia bebas untuk menjalankan iman kita, itu semua karena TUHAN-lah
yang mendirikan bangsa ini. Haleluya! Begitu banyak catatan sejarah dimana
TUHAN melalui anak-anak-Nya melakukan perkara ajaib atas bangsa ini. Sebagai
orang Kristen yang lahir/dibesarkan di Indonesia, kita harus bangga dan
bersyukur menjadi bagian dari bangsa yang diberkati oleh TUHAN.
Tetapi
apakah tepat bagi seorang Kristen untuk juga memiliki semangat patriotisme?
Bagaimana pandangan Alkitab mengenai hal ini? Bagaimana seharusnya kita
bersikap sebagai seorang warga negara yang baik dan juga sebagai seorang anak
TUHAN? Pertama-tama marilah kita perhatikan sikap-sikap yang harus kita jauhi
sebagai anak-anak TUHAN yang ditempatkan TUHAN sebagai warga suatu negara:
1.
Jauhi sikap yang menginginkan negara kita menjadi negara yang paling dominan
dan berkuasa.
Jangan
salah paham; walaupun kewarganegaraan kita adalah di Sorga (Filipi 3:20), tentu kita juga
ingin negara di mana TUHAN menempatkan kita ini terus maju, tetapi bukan untuk
mengalahkan atau mengerdilkan bangsa/negara lain. Keinginan kita untuk melihat
dan memajukan negara kita adalah agar Indonesia menjadi berkat bagi
bangsa-bangsa. Keinginan hati yang besar adalah melihat bahwa negara ini
berjalan dalam kebenaran dan berkat TUHAN. Amsal 14:34 “Kebenaran meninggikan
derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.”
2.
Jauhi sikap yang mengatakan “right or wrong, it’s my
country.”
Seorang
patriot adalah seseorang yang berani mengatakan apa yang benar dan berani untuk
menyatakan apa yang salah, termasuk bila dilakukan oleh negaranya. Sikap yang
mengatakan “pokoknya
negaraku biarpun salah” bukanlah semangat kebangsaan yang
benar; sama sekali tidak patriotik. Sebagai anak TUHAN kita dipanggil
oleh TUHAN untuk menegakkan kebenaran, menyatakan keadilan dan menjadi terang
dimana TUHAN menempatkan kita.
3.
Jauhi sikap yang merendahkan/memusuhi negara-negara tetangga. Salah satu
kecenderungan dari semangat kebangsaan yang “kebablasan” adalah memandang
rendah/memusuhi bangsa-bangsa lain, khususnya tetangga kita. Sebagai orang
Kristen, kita harus sadar dan memandang bahwa kita memiliki saudara-saudari
dalam Kristus yang berasal dari berbagai macam bahasa, ras, bangsa dan negara
lain. Sebagai orang Kristen kita juga harus sadar bahwa masih banyak
orang-orang yang belum mengenal TUHAN YESUS, termasuk di negara lain, yang
membutuhkan Injil dan keteladanan/kesaksian hidup Kristen kita. Kalimat-kalimat
dan sikap-sikap negatif yang kita munculkan (hari-hari ini paling banyak
melalui social
network)
kepada negara-negara tetangga tidak akan mendekatkan mereka kepada kasih TUHAN.
Ingatlah, sekali lagi, sebagai anak-anak TUHAN di Indonesia, kita ditentukan
untuk menjadi berkat bagi banyak orang/bangsa, sehingga bukan hanya nama TUHAN
dipermuliakan tetapi pernyataan “Indonesia menjadi berkat bagi
bangsa-bangsa”
benar-benar menjadi kenyataan, setidaknya melalui sikap dan perkataan kita. Mazmur 67:2-3
“Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita
dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara
segala bangsa.”
Setelah
membaca ketiga point diatas, mungkin saja Anda menganggap bahwa kalau kita
melakukan hal-hal tersebut, lalu di mana sikap patriotisme itu dimunculkan? Di
mana momen saat orang-orang Kristen di Indonesia menunjukkan sikap
patriotisme-nya? Justru di bulan Agustus inilah mari kita tunjukkan
semangat patriotisme kita dengan turut merayakan Kemerdekaan Indonesia dan
terus-menerus berkarya di Indonesia karena:
1. TUHAN-lah yang
mendirikan negara Indonesia dan memberinya sejarah yang luar biasa, peran-peran
yang tidak terbayangkan dan tanggung-jawab di masa depan yang lebih besar lagi.
Sebagai warga negara Indonesia, kita semua berhutang kepada kasih karunia TUHAN
yang telah mendirikan, menjaga, merawat dan membela negara kita. Di negara yang
menurut logika seharusnya menjadi negara agama mayoritas, justru TUHAN
menunjukkan pembelaan-Nya kepada anak-anak-Nya sehingga Kekristenan tetap bisa exist. Bahkan hari-hari ini
banyak hamba-hamba TUHAN yang mengakui bahwa kekristenan di Indonesia menjadi
sangat berdampak bagi dunia, terutama melalui restorasi/pemulihan
doa-pujian-penyembahan.
Ps. David Yonggi Cho (Korea Selatan)
bahkan pernah berkata pada tahun 2001 di Surabaya bahwa Kaki Dian kini sudah
berpindah dari Korea Selatan ke Indonesia! TUHAN memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia agar kita semua dapat melakukan apa yang menjadi rencana besar-Nya
bagi dunia. 1
Petrus 2:9-10, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa
yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” TUHAN memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia agar kita bisa menjadi saksi atas perbuatan-Nya yang ajaib bagi
negara/bangsa kita.
2. TUHAN-lah pemilik
kuasa dan otoritas atas tanah air dan pemerintahan negara kita. Sebagaimana
kita telah baca sejarah lahirnya negara ini, TUHAN-lah yang memiliki kendali
atas tanah ini, bangsa dan negara ini. TUHAN masih melakukannya dan terus
memberikan kepada kita sejarah dan perjalanan bangsa yang luar biasa. Kita
merayakan kemerdekaan sebagai ungkapan syukur kepada TUHAN atas fakta ini. Di
bulan Agustus ini, kita sebagai anak-anak TUHAN perlu bangkit untuk berdoa
lebih lagi agar berkat TUHAN makin dicurahkan atas tanah air kita dan hikmat
TUHAN menguasai para pemimpin negara kita.
1 Timotius 2:1-3 “Pertama-tama aku
menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua
orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang
dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.” Sebagai anak-anak
TUHAN milikilah sikap patriotik yang benar yaitu memilih untuk memberkati dan
mendoakan bangsa, negara dan pemerintah karena semua itu diberikan dalam kuasa
dan otorisasinya TUHAN (Roma 13:1-6).
3.
TUHAN-lah
yang menempatkan kita di Indonesia agar kita bisa menjadi pribadi yang membawa
dampak. Kita semua bisa ada dan menjadi warga negara Indonesia bukanlah tanpa
sebab. TUHAN menempatkan kita sebagai orang Indonesia karena inilah tempat di
mana kita bisa menjadi pribadi yang membawa dampak. Seandainya jalan hidup Anda
pun dibawa TUHAN kepada bangsa/negara lain, Anda akan diingat sebagai seorang “Indonesian.”
Di
manapun TUHAN menempatkan kita -- dalam hal ini di Indonesia -- kita diminta
untuk mengusahakan kesejahteraannya. Yeremia 29:7, “Usahakanlah
kesejahteraan kota (negara) ke mana kamu AKU buang, dan berdoalah untuk kota
(negara) itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Ujian apakah kita
layak atau tidak untuk menjadi warga Kerajaan ALLAH yang kekal itu adalah
apakah kita saat di dunia telah menjadi warga negara yang dapat dipercaya,
dibanggakan dan berdampak? Kita harus terus bekerja, berkarya dan
berdampak di Indonesia, karena itulah yang TUHAN minta dan percayakan kepada
kita. Kita harus lebih aktif membangun komunitas-komunitas kita, lebih banyak
lagi mendoakan bangsa-negara kita dan lebih banyak lagi bergerak sebagai
saksi-saksi YESUS di negara ini.
Renungan:
Wage Rudolf Supratman, pengarang lagu
kebangsaan “Indonesia
Raya”
menulis sebuah kalimat “Disanalah aku berdiri jadi Pandu ibuku” (There I will stand
as a Guardian of my motherland) dalam lagu kebangsaan tersebut.
Anak-anak TUHAN dipanggil oleh-Nya untuk menjadi penjaga atas bangsanya,
sebagaimana TUHAN tegaskan dalam Yehezkiel 3:17. TUHAN memanggil kita
untuk menjadi patriot-Nya, yaitu memperingati, memperbaiki dan menjaga
bangsa-negara kita, Indonesia (Yehezkiel 3:17-21). Kita anak-anak TUHAN
dipanggil oleh-Nya untuk berdiri bagi bangsa ini di hadapan-Nya dan memohonkan
berkat/perkenanan TUHAN atas Indonesia. Kitalah Penjaga-penjaga atas Indonesia.
Hiduplah Indonesia Raya! (CS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar