KUNCI PEMULIHAN BANGSA -
BANGSA
Saat ini kita sedang berada di dalam waktu-waktu yang
menggairahkan karena gelombang yang baru, yaitu gelombang Roh Kudus sedang
melanda Indonesia dan dunia. Gelombang Roh Kudus inilah yang akan berdampak
bagi keselamatan jiwa-jiwa.
HARI RAYA PURIM
Agar gelombang Roh Kudus bergerak semakin dahsyat maka kita harus
menemukan kuncinya, dan salah satu kunci keselamatan bangsa-bangsa kita temukan
dari pesan Firman Tuhan melalui hari raya bangsa Yahudi yaitu hari Raya Purim.
Tanggal 24 Februari 2013 yang lalu bangsa Yahudi merayakan hari Raya Purim
seperti yang tertulis didalam kitab Ester
9:20-22, “Maka Mordekhai menuliskan peristiwa itu, lalu mengirimkan surat-surat
kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, baik yang dekat
baik yang jauh, untuk mewajibkan mereka, supaya tiap-tiap tahun merayakan hari
yang keempat belas dan yang kelima belas bulan Adar, karena pada hari-hari
itulah orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah
dukacita mereka berubah menjadi sukacita dan hari perkabungan menjadi hari
gembira, dan supaya menjadikan hari-hari itu hari perjamuan dan sukacita dan
hari untuk antar-mengantar makanan dan untuk bersedekah kepada orang-orang
miskin.“
Purim merupakan pesta atau hari raya Yahudi untuk memperingati
pembebasan bangsa Yahudi dari kekaisaran Persia yang hendak membunuh mereka.
Pada hari raya Purim bangsa Yahudi juga memperingati bahwa Tuhan sanggup
membalikkan keadaan dari dukacita menjadi sukacita, hari perkabungan menjadi
hari-hari penuh kegembiraan bahkan memberikan keamanan dari ancaman musuh. Jika
kita perhatikan kitab Ester 9 maka kita akan menemukan sekitar 13 pembalikan keadaan yang
dilakukan oleh Tuhan. Jika Tuhan pada waktu itu telah membalikkan keadaan
bangsa Israel, maka saat
ini pembalikan keadaan itupun bisa saja Tuhan kerjakan dalam hidup kita,
pembalikan keadaan ekonomi, pembalikan keadaan keluarga, sekolah, gereja dan
lain-lain. Melalui hari raya Purim ini Tuhan memberikan kunci untuk penuaian
bangsa-bangsa yaitu: “Memberi
sedekah kepada orang-orang miskin.“
MENJADI BERKAT
Untuk itu perlu kita sadari bahwa Tuhan pasti memiliki tujuan
dengan menempatkan kita di bumi Indonesia, yaitu untuk menjadi berkat bagi
bangsa ini. Mari kita lihat data yang menunjukkan jumlah orang miskin di
Indonesia: Menurut informasi dari Badan
Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret
2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen (Antara, 2 Juli 2012); padahal
kekayaan alam Indonesia seperti :
• Tanah dan
segala yang dapat diusahakan di atas tanah misalnya pertanian perkebunan
peternakan dan perikanan.
• Bahan tambang
yaitu bahan yang terdapat dalam tanah seperti minyak bumi, batu bara, besi,
tembaga, nikel, timah, dan sebagainya.
• Kekayaan
alam yang ada di laut seperti ikan, udang, mutiara, rumput laut, garam, dll
• Keindahan
alam seperti pasir putih, danau, lembah, gunung, air terjun, hutan, dll
• Hasil
pertanian di Indonesia: padi (beras), jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah.
• Hasil
perkebunan: tebu, tembakau, teh, kopi, karet, kelapa, kelapa sawit, coklat,
pala, cengkeh, dan lain-lain.
Semuanya tersedia dengan berlimpah-limpah.
Tapi mengapa begitu banyak orang yang hidup miskin di negeri yang
sekaya ini? Sementara itu
menurut Harian Kompas, Rabu 27 Februari 2013, jumlah devisa yang
dibelanjakan oleh orang
Indonesia khusus untuk berobat ke Singapura (belum termasuk ke negara-negara lain) di tahun
2012 saja jumlahnya mencapai Rp 7,2 Triliun atau 750 juta dollar
AS sehingga bisa disimpulkan
bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang kaya.
Dan dampak dari kemiskinan serta jurang pemisah antara yang kaya
dan yang miskin yang semakin lebar antara lain adalah merebaknya:
• Tindak
kejahatan,
• Pelacuran
dimana-mana,
• Gizi anak yang buruk, sehingga 25% anak Indonesia mengalami hambatan pertumbuhan; sementara Malaysia
hanya 6 persen (TRIBUNnews.com - Sabtu, 26 Januari 2013). Gizi yang rendah
tersebut terkait harga dan daya beli rakyat, yang jika tidak cepat diatasi maka
efeknya buruk sekali. Anak Indonesia rawan cacat mental, degradasi IQ, mudah
terserang penyakit menular, rendahnya produktivitas , dan besarnya resiko
kematian.
HIDUP DALAM KASIH KRISTUS
Jika kita sudah membaca data tersebut lalu bagaimana perasaan kita
masing-masing? Apakah hati kita tergerak oleh belas kasihan? Dan kita mulai
berdoa untuk meminta hikmat dari Tuhan setelah itu mulai melangkah memberi
sedekah untuk orang miskin? Jika itu yang kita lakukan maka barulah kita pantas
disebut sebagai pengikut Yesus Kristus karena
memberi sedekah kepada orang miskin itu merupakan tindakan nyata dari seseorang
yang dipenuhi oleh kasih Kristus dan gaya hidup warga Kerajaan Sorga.
Jika kita bisa makan makanan yang enak, mengenakan pakaian dari
perancang mode terkenal, mengendarai mobil, seharusnya hati kita tergerak oleh belas kasihan untuk menolong
orang miskin dan sengsara. Yesus berkata di Yohanes 15:17, “Inilah
perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” Kasih itu memberi termasuk
memberi bahu kita untuk turut memikul beban orang lain.
Di dalam kitab Kejadian 49:14-15 ada tertulis: “Isakhar
adalah seperti keledai yang kuat tulangnya, yang meniarap diapit bebannya,
ketika dilihatnya, bahwa perhentian itu baik dan negeri itu permai, maka
disendengkannyalah bahunya untuk memikul, lalu menjadi budak rodi.”
Perawakan Isakhar itu tidak tinggi besar namun ia bersedia
memberikan bahunya untuk memikul beban; seperti seekor keledai yang badannya tidak sebesar kuda Arab namun
sering dipakai untuk membawa barang dengan beban yang cukup berat. Lalu apa
upah yang diterima oleh Isakhar? Ulangan
33:18-19, tentang
Zebulon ia berkata: “Bersukacitalah,
hai Zebulon, atas perjalanan-perjalananmu, dan engkau pun, hai Isakhar, atas
kemah-kemahmu. Bangsa-bangsa akan dipanggil mereka datang ke gunung; di sanalah
mereka akan mempersembahkan korban sembelihan yang benar, sebab mereka akan
mengisap kelimpahan laut dan harta yang terpendam di dalam pasir.”
PERAN SERTA GEREJA
Ketika gereja mau memberikan bahunya untuk memikul beban bangsa
ini yaitu membebaskan bangsanya dari kemiskinan dengan cara memberi bantuan
kepada orang miskin, maka percayalah Tuhan akan memakai gereja-Nya membawa
bangsa-bangsa naik ke atas gunung Tuhan untuk memberi persembahan yang benar di
hadapan Tuhan.
Bangsa-bangsa akan melihat Kemuliaan Tuhan dan percaya bahwa Yesus
adalah Juruselamat dunia bukan karena gedung gerejanya yang megah disertai
dengan alat musik dan sound system yang berkualitas tinggi, juga bukan karena
hamba-hamba Tuhannya berpenampilan glamour ditambah sekali-sekali mengadakan
mujizat; melainkan justru ketika gereja-Nya melakukan kehendak Bapa di surga
yaitu memperhatikan dan menolong orang yang miskin.
Untuk mengambil bagian dalam penuaian bangsa-bangsa, kita tidak
harus menunggu sampai aset gereja menjadi besar dengan nilai milyaran bahkan trilyunan,
namun cukup dengan hati yang besar yang dipenuhi oleh kasih Kristus maka
seberapapun berkat yang Tuhan berikan itu akan membuat gereja-Nya tidak hidup
hanya memikirkan dirinya sendiri tapi memikirkan orang lain juga supaya nama
Tuhan dimuliakan.
PERAN SERTA KITA
Puji Tuhan di wadah kita GBI Jl.Gatot Subroto yang berada di
Indonesia ada ribuan kelompok COOL, marilah kita mulai bergerak dengan
memperhatikan lingkungan dimana kita tinggal dan melakukan seperti yang Tuhan
Yesus lakukan: “Demikianlah
Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat
dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan.” (Matius 9:35).
Selain kita melakukan doa keliling di wilayah kita, mari kita
juga berkeliling
untuk melenyapkan segala kelemahan ekonomi dengan cara memberi bantuan kepada orang miskin yang berada di
wilayah kita masing-masing dan mengangkat derajat hidup mereka sehingga mereka
bisa merasakan kasih dan melihat terang Tuhan yang ajaib.
Kondisi yang ada adalah masih banyak orang Kristen ragu-ragu untuk
memberi kepada orang miskin, mereka lebih suka memberi kepada orang kaya atau
pejabat karena berharap “sesuatu“ dari manusia. Ketahuilah bahwa berharap kepada manusia bisa
mengecewakan namun berharap kepada Tuhan tidak akan pernah mengecewakan, Tuhan
tidak pernah berhutang terbukti bahwa firmanNya menyatakan: “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi
TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” (Amsal 19:17). Dengan demikian kita tidak
perlu takut kekurangan, karena ketika yang kuat ekonominya membantu yang lemah
maka akan ada kesimbangan bukan kemiskinan atau kesengsaraan (2 Korintus 8:13-14). Yang
pasti kita harus memberi dengan sukacita sebagai bukti kita mengasihi Tuhan dan
sesama maka kita akan mengalami 2
Korintus 9:7-8: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya,
jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang
memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan
malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.“
Entering the next level itu juga berbicara kehidupan kita yang
berubah dari yang mungkin dulunya menjadi beban orang lain tapi sekarang naik
ke level yang lebih tinggi dengan mau memberikan bahunya untuk memikul beban
orang lain bahkan bersedia memikul beban bangsa ini sehingga orang miskin dibangsa ini akan semakin berkurang dan semakin
bertambah banyak bangsa-bangsa yang akan naik ke gunung Tuhan untuk
mempersembahkan persembahan yang benar di hadapan Tuhan lalu seperti yang dijanjikan-Nya bahwa Tuhan akan menganugerahkan keamanan, dukacita diubahkan-Nya menjadi sukacita,
hari perkabungan menjadi hari-hari yang penuh dengan kegembiraan, gelombang Roh
Kudus akan semakin dahsyat dan transformasi pasti terjadi!
Halleluyah, kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua. (FM).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar