Renungan Khusus
Keberanian Percaya Dalam
Memasuki Musim Baru
“Saudara-saudaraku yang
kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian
percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya
dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang
berkenan kepada-Nya” (1 Yohanes 3:21,22).
Kita masih berada di fase awal perjalanan di musim baru.
Perjalanan di masa Ayin Gimel ini masih panjang. Kita perlu melandasinya dengan
landasan yang kokoh - yaitu keberanian percaya - bahwa saya meraih apa yang Tuhan rancangkan buat saya. Di musim Ayin Gimel
ini, Tuhan sedang membawa kita “go to
the next level.” Dia
membawa kita dari pemulihan kepada kepenuhan [from recovery to wholeness].
Kebaikan-Nya dinyatakan. Dia sedang melepaskan kasih karunia yang besar turun bagi kita
umat-Nya.
Kita harus menyadari, bahwa Tuhan sangat ingin menyatakan kebaikan-Nya kepada umat-Nya. Kebaikan-Nya adalah
untuk memperlengkapi kita agar bisa berperan bagi rencana-Nya di musim baru.
Memakai hidup kita menjadi “representatif” bagi diriNya di bumi. Sebagai kepanjangan tangan yang mengulurkan
kebaikan-Nya menjangkau orang yang membutuhkan. Apapun berkat kebaikan yang
Tuhan sediakan untuk kita go to the
next level, Tuhan
ingin kita percaya dan dapat meraihnya. Karena itu diperlukan keberanian
percaya. Kita harus memiliki keberanian percaya: bahwa saya dapat meraih
apa yang Dia sediakan bagi kita di musim ini. Keberanian percaya: bahwa saya
adalah orang yang sudah diubahkan Tuhan untuk menjadi orang yang berhasil di musim baru.
I. SIKAP DAN CARA PANDANG BARU
Tuhan adalah Allah yang kreatif dalam menciptakan perkara baru di
musim ini. Dia memiliki rancangan baru dan “reward” berikutnya dalam menyatakan kebaikan-Nya. Untuk itu kita harus
memiliki sikap yang tepat dalam menjalani perubahan dan meraih berkat yang
disediakan. Yaitu memandang Tuhan dengan hati yang benar, dan melihat
keberadaan diri sendiri di dalam Dia dengan cara pandangnya Tuhan;
1. Memandang Tuhan Sebagai Pribadi yang Kreatif
Dia selalu punya hal yang berikutnya. Dia memiliki penugasan baru
dan tujuan baru bagi kita. Menuntun kita di jalan baru, Dia sudah siapkan
agenda baru, kebaikan baru, reward baru dan cara baru dalam mewujudkan
rancangan ilahi-Nya.
2. Kita Adalah Ciptaan Baru di dalam Kristus
Mahluk yang dibentuk
ulang menurut pola Tuhan Yesus. Dampaknya adalah:
a). Terjadinya Peningkatan Kapasitas
Kita
lahir baru dari Roh Allah, membawa potensi dan sifat untuk mengerti
kehendak-Nya dan mampu hidup dalam kehendak-Nya, dan menyelesaikan mandat
Illahi atas kita. Memiliki kemampuan untuk berkembang sehingga bisa melakukan
apa yang Tuhan Yesus pernah lakukan di bumi. Kita difasilitasi Tuhan dengan
janji “Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya,” dan telah diperlengkapi
untuk menjadi lebih dari pemenang. Cara pandang yang benar dengan paradigma
yang diperbaharui dan selaras dengan pikiran Kristus menentukan potensi itu
muncul. Kapasitas kita terus dikembangkan tahap demi tahap.
b) Terjadinya
Pemurnian Hati
Kita mengalami proses
untuk menjadi seorang yang layak dan dapat dipercaya untuk menerima kepercayaan baru. Pikiran kita mengenakan “kirbat anggur baru” untuk
menampung anggur baru Tuhan. Sebagai “kirbat
anggur baru” pikiran
kita lentur; tidak kaku terpatok kepada pola lama, melainkan terbuka
untuk menerima
dan mengikuti dinamika tuntunan Tuhan dari masa ke masa. Tuhan sudah
merencanakannya. Dia sudah menyediakan bagi kita. Karena itu bangkitlah untuk
meraihnya.
Firman Tuhan dalam Yesaya
60:1 mengatakan, “Bangkitlah!” Bangkit
dari apa? Kita harus:
• Bangkit dari ragu kepada yakin, bahwa janjiNya adalah buat kita,
bahwa rancangan-Nya
akan
terwujud digenapi dalam kita.
• Bangkit dari gagal tidak mencapai target Tuhan, menjadi orang
yang mencapai sasaran.
• Bangkit dari orang yang tidak mengerti visi Tuhan menjadi orang
yang berjalan dalam visi.
Sebagai seorang yang berjalan mengikuti visi, meraih berkat-berkat
yang disediakan untuk dinikmati. Untuk bangkit kita membutuhkan keberanian dan kekuatan. Mengapa Tuhan menyuruh
kita bangkit? Karena perkenananNya ada atas hidup kita yang percaya. Pandanglah
diri Saudara sebagai seorang yang disertai perkenanan Tuhan. Miliki keberanian
untuk mempercayai.
II. KEBERANIAN PERCAYA BUTUH KEDAMAIAN HATI
“Jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai
keberanian percaya……” Hati yang
tidak konflik, tidak ada penuduhan maupun pertentangan di dalam adalah dasar
untuk memiliki keberanian percaya. Ketika hati tidak menuduh, maka kita
memiliki keberanian percaya di hadapan Allah untuk menerima apa yang Dia
janjikan bagi kita. Hati yang dapat berkata:“ya!” kepada kebenaran dengan
merdeka akan membuat keberanian percaya tidak terganggu.
Sebaliknya hati yang dicemari kompromi dengan ketidakjujuran akan
terganggu dan mengalami penuduhan. Hati yang tertuduh akan menggembosi
keberanian percaya. Keberanian percaya harus ditopang oleh hati nurani yang
bersih dan bersuara jernih. Jujurlah terhadap hati nurani, dan terbukalah
kepada Tuhan.
Hati adalah yang paling utama ditilik oleh Tuhan. Karena itu hati yang murni dan kudus adalah prioritas utama
untuk kita rawat setiap hari. Jagalah hati dengan penuh kewaspadaan. Kita
selalu mawas diri dan siap introspeksi di hadapan sorotan pandangan-Nya.
Marilah kita selalu berkata “Tiliklah hatiku ya Tuhan, ujilah dan
lihatlah, agar bersih dan murni senantiasa menurut pandangan-Mu.” Kita harus
selalu berani dan rasa merdeka dalam memamerkan hati kita kepada Tuhan. Sikap
yang sedemikian ini sejajar dengan komitmen untuk hidup mentaati perintah-Nya,
dan mengejar perkenanan-Nya. Keinginan untuk berkenan kepada Allah dan
menghormati perintah-Nya membuat hati kita selalu dalam kebebasan di hadapan
hadirat-Nya.
III. MEMAGARI KEBERANIAN PERCAYA
Keberanian percaya harus dipagari agar tidak disabotase oleh
3 musuh
utama: rasa takut, rasa malu dan kecil hati. Ketiga hal ini sangat alamiah dan begitu dekat dengan kehidupan keseharian. Kita jadi terbiasa dan mentoleransinya untuk
merembesi hidup kita.
• Rasa takut akan membuat ragu dan bimbang.
• Rasa malu memojokkan kita menjadi merasa tidak layak.
• Kecil hati membuat patah semangat dan putus harapan.
Ketika dibiarkan, ketiga hal ini akan mencekik keberanian percaya.
Musuh akan selalu mengupayakan hal ini, tapi kita harus bertindak tegas
atasnya. Untuk mematahkan sabotase itu kita harus mengenakan kekuatan.
Untuk menanggulangi sabotase, kita harus fokus kepada Tuhan. Ada tiga hal yang harus kita tetapkan dalam hati dan pikiran, agar
keberanian percaya tetap terpelihara, yaitu:
1. Melihat dan Mengakui Allah yang Bertahta dan Berdaulat
Hati yang memiliki keberanian percaya selalu melihat Tuhanlah yang
bertahta atas setiap situasi; seburuk apapun situasi yang kita hadapi, Dia yang
berkuasa dan memegang kendali, dan Tuhan menentukan hasil akhir. Memandang
kepada Tuhan sebagai Tuhan yang berdaulat dan berkuasa atas musuh dan masalah
yang kita hadapi. Tuhan selalu menghendaki kita menjadi lebih dari pemenang.
Yosafat adalah contoh seorang yang selalu melihat Allah itu
bertahta dan berkuasa atas masalah besar yang tak mampu dihadapinya. Ketika
tiga bangsa besar mengepungnya, sesungguhnya dia takut dan merasa tak berdaya.
Namun ia memutuskan untuk mencari Tuhan dan fokus memandang kepada Tuhan. “Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, dan kami tidak
mempunyai kekuatan menghadapi laskar yang besar ini, namun mata kami memandang
kepadaMu.” (2 Tawarikh 20:12). Yosafat
mendeklarasikan bahwa Tuhan bertahta dan berkuasa atas segala musuhnya: “Bukankah Engkau Allah yang bertahta di sorga, dan memerintah atas
segala pemerintahan dan kekuasaan yang ada, maka tidak ada satu orangpun yang
sanggup berhadapan dengan-Mu” (2 Tawarikh 20:6-7). Hasilnya adalah semua musuhnya dihancurkan Tuhan dengan ajaib.
2. Jalan Keluar Telah Disediakan
Hati yang berani percaya selalu melihat Tuhan sebagai yang
menyediakan jalan keluar; ketika nampaknya sudah
tidak ada lagi jalan keluar dari masalah.
Musa adalah contoh orang yang selalu melihat Tuhan menyediakan
jalan keluar atas masalah yang dihadapinya. Ketika Mesir dan tentaranya
mengejar dari belakang, dan di depan terbentang laut Merah, Musa tidak berhenti
dan menyerah karena tidak ada jalan. Musa meraih jalan yang Allah sediakan.
Tuhan yang membuat jalan di laut Merah (Keluaran 14:21). Dan hari ini Tuhan
katakan, “Aku
membuat jalan di padang gurun.” (Yesaya 43:18-19). Allah selalu setia menyediakan jalan keluar
ketika kita menghadapi masalah apapun (I
Korintus 10:13).
3. Harapan
Hati yang berani percaya selalu memiliki harapan di dalam Tuhan
saat situasi yang kasat mata tidak lagi bisa diharapkan. Tuhanlah dasar
harapan, Dialah sumber yang menghidupkan harapan. Tuhan Yesus adalah harapanku.
Abraham adalah orang yang tidak pernah putus harapan. Tidak pernah
bisa dihambat oleh keadaan. Ketika tidak ada lagi dasar untuk bisa berharap
dengan keadaan fakta fisiknya, namun dia berharap dengan penuh kepastian atas
apa yang Tuhan telah katakan kepadanya. Pengharapannya ada di dalam Tuhan. Apa
yang Tuhan katakan, itulah bahan bakar yang terus menerus menyalakan
pengharapannya. Dan dia meraih apa yang dijanjikan. Mujizat yang sama tersedia
bagi Saudara juga sekarang.
“Sebab sekalipun tidak ada
dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan
menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah
banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi
lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena
usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah
tertutup. Tetapi
terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia
diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,” Roma 4:18-20.
Ketika hati kita bebas dari penuduhan dan pikiran kita diselaraskan dengan cara pandang seperti ini, maka kita memiliki keberanian percaya
di hadapan
Allah. Jika kita membangun gaya hidup seperti ini, perubahan dalam diri kita
semakin nyata. Rasa layak untuk menerima akan semakin kokoh, maka tidak akan
ada keraguan untuk mengalami janji Allah terwujud. Apa yang Tuhan sediakan di
musim Ayin Gimel, itu nyata terjadi di dalam hidup kita. Inilah musimnya kita
mengalami perbuatan tangan Tuhan. Pembelaan Tuhan akan nyata atas hidup kita,
keadaan yang mustahil dibalikkan jadi mujizat. Nyalakan keberanian percaya
saudara, hasilnya menanti anda.(MG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar